Senin, 25 November 2013

jagalah baik-baik peran anda sebagai Wanita

Dalam kamus pria tidak ada istilah belajar mencintai…pria adalah makhluk yang jatuh cinta, bukan belajar untuk mencintai…
Bagi Pria, mencintai berarti menyayangi, menghargai dan melindungi...Anda adalah permaisuri…kebanggaan harga dirinya…
Para pria, tidak pernah tau bagaimana mengerti perasaan wanita secara benar…yang mereka tau adalah selalu berbuat yang terbaik untuk Anda menurut akal mereka…
Wanita yang bijak adalah wanita yang jatuh cinta dengan pria yang terlebih dahulu jatuh cinta kepadanya…
Para wanita sebaiknya jangan memulai terlebih dahulu karena kalau sulit menjangkaunya, Anda bisa menjadi begitu agresif…dan membuat Anda semakin tak berharga di mata pria…
Anda harus tahu bahwa Anda didesain oleh sang pencipta untuk dicintai dan diperlakukan bak ratu…bukan menjadi seorang yang mengejar-ngejar pria…
Itulah beberapa kutipan kalimat yang sering kita dengar. Tentunya kalimat-kalimat bijak tersebut tercipta berdasarkan keadaan nyata yang paling banyak terjadi dikehidupan cinta antara pria dan wanita. Bukan menurut film-film apalagi sinetron.
Memang benar, telah terjadi perbedaan pendapat apakah wanita itu lebih baik mencintai atau dicintai. Sebagian wanita berkata, sekarang ini bukan lagi zaman Siti Nurbaya, wanita bebas berekspresi menurut apa mau mereka. Jadi wanita merasa nyaman jika mencintai daripada dicintai. Tapi apakah kalimat-kalimat bijak di atas dibuat hanya berdasarkan isapan jempol belaka?

Wanita, makhluk ciptaan berharga, yang diciptakan tidak lebih rendah maupun lebih tinggi dari kaum pria, namun sepadan.
Ada berapa banyak orang yang tahu tentang takdir sebagai wanita?! Jawabannya tidak banyak. Sebagai wanita, Anda diciptakan dengan perasaan yang lebih berperan ketimbang akal dalam kehidupan sehari-hari.
Wanita tidak ditakdirkan untuk memberikan cinta, justru cinta adalah kebutuhan utama dari wanita. Namun, wanita ditakdirkan untuk memberi penghormatan dan pengertian pada pria.
Tidaklah heran mengapa kebanyakan kaum wanita pandai menelaah, ini adalah bagian dari kemampuan wanita untuk mengerti tentang sesuatu, untuk berempati terhadap sesamanya.
Ada sebuah ungkapan sederhana, namun mengandung kebenaran yang harus dipegang, jika ingin bahagia, dikatakan “cintailah sedikit, mengertilah banyak”. Kalimat itu berlaku untuk para wanita.
Dan untuk pria berlaku “cintailah banyak, jangan berusaha mengerti wanita (karena wanita memang sulit dipahami)”.
Wanita perlu mengerti prianya. Apa sebab? Karena Andalah yang dicintai. Dan kaum laki-laki berbuat untuk Anda apa yang mereka anggap secara akal itu baik, bukan menurut perasaan mereka.
Ada banyak hal tidak sempurna dalam diri laki-laki yang sulit diterima kaum wanita. Namun dalam hal ini seberapa besar cintanya itulah yang menjadi ukuran. Anda hanya diminta sedikit pengertian dan memberi kesempatan, bukan yang lain.
Oleh sebab itu, bagi wanita yang tidak mengerti, maka dia akan selalu berusaha mengubah karakter prianya agar menjadi ‘lebih baik’. Sayangnya, hal ini akan mengakibatkan kekecewaan yang besar, baik untuk sang wanita dan sang pria. Karena kaum adam cenderung merasa dirinya sudah ‘cukup’ baik sehingga tak ada yang perlu diubah. Ini yang sering kita sebut dengan gengsi laki-laki.

Dalam studi banyak kasus, jika Anda seorang wanita yang mengharapkan jaminan kesetiaan, ketulusan, pengorbanan dan tanggung jawab berpuluh tahun kemudian dari kehidupan Anda. Maka kemungkinan besar hanya akan Anda dapatkan dari seorang pria yang penuh kesungguhan mencintai Anda mulai saat ini.

Oleh karena itu, jika tidak ingin menderita karena cinta dan menyesal berkepanjangan maka jagalah baik-baik peran Anda. Tunggulah sampai Anda dicintai sepenuh hati. Dan cobalah mengerti dan hargai mereka. Karena Anda adalah wanita yang dicintai, itu lebih bermakna bagi Anda. Dan dimata laki-laki Anda adalah permata kehormatannya karena ia mencintai Anda.


Senin, 18 November 2013

Pendewasaan

Banyak yang bilang menjadi dewasa itu tidak sederhana. Tapi nyatanya dewasa hanyalah soal mencoba berhenti untuk hanya berpikir tentang diri sendiri seorang saja. Mulai mencoba melihat keberadaan orang lain, tidak hanya melihat keberadaan diri sendiri saja. Dan sebenarnya itu tidaklah serumit yang coba kita pikirkan selama ini. Karena pendewasaan adalah proses yang mungkin akan kita jalani seumur hidup kita, maka berhentilah berpikir bahwa diri kita lebih dewasa dari diri orang lain. Karena kedewasaan tidak pernah akan hadir pada diri yang selalu merasa hebat. Lebih hebat, lebih kuat, lebih segalanya hanyalah ada di pikiran anak kecil. Anak kecil selalu merasa dirinya lebih besar dan kuat dari usianya. Dan Manusia dewasa akan mampu menjadi besar tanpa membesar besarkan  masalah. Manusia dewasa akan mampu menjadi besar tanpa hobi mengecilkan hidup orang lain.
            Mungkin beberapa orang ada yang begitu beruntung seperti saya, karena pernah mengalami kehilangan dan beberapa kekecewaan besar. Pernah dibohongi dan dilukai yang tidak sederhana. Sehingga saya mampu menyimpulkan; bahwa hidup memang tidak diciptakan untuk mereka yang pandai mengeluh, yang hobi marah, yang dengan mudahnya meninggalkan kekecewaan dihati orang lain, yang mudah menyepelekan luka yang pernah dijalani seseorang.
            Mereka hanyalah sedang berproses, tidak akan ada manusia yang hidup tanpa pernah merasa kehilangan atau disakiti. Kelak mereka pun akan memahaminya dengan jalannya sendiri. Itu kenapa kita tidak perlu melelahkan diri kita sendiri untuk selalu mengingat kebencian dan luka yang pernah ditinggalkan orang lain. Karena apa yang pernah terjadi, adalah sesuatu yang darinya kita hanya perlu belajar dan memahami, bukan sesuatu yang mampu kita hapus atau kita anggap tidak pernah terjadi. Mengingatnya sesekali boleh, tapi jangan sampai kita membiarkan mereka memakan isi hati kita yang tidak bersalah.

            Pesannya saya: Tidak ada kalimat yang sempurna, seperti tidak ada keputusan yang sempurna. Dan saya rasa pun tak ada manusia yang mampu sempurna memaafkan dan melupakan. Tetapi, biarkan segala yang masih tersisa tinggal menjadi harta karun yang justru membuat diri kita sendiri semakin kaya J

All I Want is You

Yang sederhana itu saya,dan yang menyederhanakan kesulitan itu kamu.

 Yang menangis itu saya, dan yang memberi sandaran setelahnya itu kamu.

 Yang mecaci nasib itu saya,dan yang mengatakan bahwa”segalanya akan baik-baik saja”itu kamu. 

Yang mempertanyakan pertanyaan bodoh itu saya,dan yang selalu sabar menjawabnya dengan cerdas itu kamu. 

Yang menggerutukan listrik padam itu saya, yang menyalakan lilin dan menerangi sudut sudut ruang hati kita itu kamu. 

Yang mempersoalkan harga cabai naik itu saya, yang tersenyum di sudut ruangan itu kamu. 

Yang masak sayur keasinan itu saya, yang mengeluhkannya tapi tetap menghabiskan itu kamu. 

Yang marah marah karena merindukanmu itu saya, dan yang selalu segera datang memeluk setelahnya itu kamu. 

Yang menyukai lagu lagu mellow itu saya, dan yang setia menemani mendengarkan itu kamu. 

Yang mencintai kamu itu saya, dan yang menerima saya kembali dengan baik itu kamu. 

Saya cinta kamu..dan saya harap itu bisa sampai selamanya..

Selasa, 05 November 2013

Suatu Hari di Masa Lalu

Perempuan Setahun lalu yang saat itu tengah menghukum dirinya sendiri. Saya memang tidak pernah mampu merengek atau mengumpat, atau bahkan berlagak membenci orang yang tengah saya sayangi. Saya pun tidak akan pernah membiarkan diri saya tampak begitu lemah dan kasihan. Hey, hidup saya sudah kurang kasihan apa lagi saat itu,dan saya tidak akan membiarkan siapa pun semakin kasihan, mendekati saya karena kasihan, atau bahkan mencintai saya karena kasihan. Saya kira saya sudah cukup menghasihani diri saya sendiri, dan saya tidak membutuhkan perasaan itu datang dari manusia lain. Harga diri dan gengsi saya yang begitu tinggi, membuat saya lebih suka diam dan bersabar.

            Saya berusaha memberi diri saya sendiri waktu untuk sembuh di waktu itu, dibanding saya harus meluap luapkan perasaan saya tak karuan diluaran sana,atau bahkan di telinga sahabat saya sendiri. Saya masih punya Tuhan,dan saya tahu Dia sanggup menerima keluhan apa pun dari saya,setidaknya 5 waktu dalam sehari. Persoalan saya saat itu hanyalah; Saya terlalu menyayanginya,dan saya hanya harus berhenti menyayanginya dan berjalan mundur. Walau kenyataannya hal itu bukanlah sekedar sebuah ‘hanya’.

            Jelas saja,saat itu bukanlah hal yang sederhana. Hidup saya saat itu sangat melelahkan. Saya menangis bisa dua kali lipat. Ah, banyak sekali hal yang saya tangisi pada saat itu. Masalah keluarga, kerumitan skripsi saya, masalah perasaan. And no one who cares, karena memang saya tidak mengijinkan siapa pun untuk peduli pada saya. Saya hanya terlalu marah pada diri saya sendiri.

            Dan Saya bahkan tertawa detik ini.. Lucu sekali saya pada saat itu :)
Saya bukanlah tipikal perempuan pembenci, tapi saya adalah perempuan yang tidak pernah bisa lupa apabila saya pernah dilupakan atau bahkan diabaikan oleh seseorang. Saya merasa bodoh dan sangat amat bodoh. Saya pun merasa sangat bersalah pada kedua orangtua saya,penyesalan yang seumur hidup bagi saya. Yang meskipun sudah termaafkan dari orangtua saya,sampai detik ini, rasanya bahkan masih sama pedih. Saya punya begitu banyak rasa bersalah kepada beliau. Saya bukanlah anak perempuannya yang baik.
Karena saya hanyalah perempuan yang ceroboh,bodoh dan sok tegar
Ceroboh, bodoh dan sok tegar
Itulah saya..

            Tapi, segalanya saat ini hanyalah berlabel “kemarin”. Tanpa embel embel kecewa atau sakit hati. Segalanya hanyalah kemarin dan mengingatnya tidak lagi sesakit dulu. Saya menyadari betul bahwa segala hal yang terjadi adalah tanggung jawab saya sepenuhnya. Kalau pun ada yang harus saya salahkan, itu adalah diri saya sendiri. Kalau saya sempat merasa kesal, marah atau sakit hati, itu adalah bagian Allah untuk dapat memperhitungkannya dengan keadilan-Nya sendiri. Membalas, atau hitung menghitung bukanlah kapasitas saya.

            Yang saya tahu sekarang; semua yang terjadi begitu banyak memberi pelajaran. Entah bagian yang bahagia, entah bagian yang menyakitkannya. Entah yang pergi meninggalkan, entah yang memilih berhenti menyayangi. Entah yang dilukai, entah yang tak sengaja melukai. Saya rasa, tidak ada manusia yang begitu saja sengaja melukai perasaan orang lain. Terkadang, kita melakukan hal hal yang ada diluar kendali kita. Karena memang kita tidak bisa mengendalikan bagaimana hati seseorang akan merasa atas apa yang tengah di lakukannya. Saya mungkin sudah begitu banyak menyakiti perasaan pria lain dengan tingkah saya yang rumit dan gengsian, Saya pun mungkin sudah begitu banyak menyakiti perasaan pria lain dengan memilih dia dan pergi,tanpa berdaya meminta penjelasan padanya. Atau sekedar melontarkan pertanyaan seperti ini pun saya sudah tidak sanggup;
Kenapa kamu melakukan itu?
Kenapa kamu meninggalkan saya demi perempuan lain saat itu?
Atau kenapa kamu, harus membuat saya menyayangimu- dan lalu kamu pergi begitu saja?

            Saya adalah perempuan yang merasa, bahwa pria seharusnya menyadari diri, bahwa mereka perlu memberi penjelasan tanpa harus membuat perempuan merengek. Walau pun seharusnya, segala pertanyaan itu tetap harus saya ajukan. Agar saya tidak lantas mereka reka sendiri jawabannya. Jawaban yang tentu saja belum tentu benar. Saya hanya berpikir, saya tidak lah pantas membebani mereka dengan pertanyaan pertanyaan itu. Karena apa pun jawaban yang mereka lontarkan pada kenyataannya saya lah yang sudah terlalu lelah untuk mendengarnya.

            Mungkin bagian menyakitkan lain hanyalah ketika saya sudah berusaha mencoba menyayangi dan memahami di tengah keterbatasan saya saat itu, tapi saya tetap dianggap tidaklah cukup. Lalu tersenyum kecut memikirkan itu,selalu membuat perasaan saya muram. Seandainya saja, seandainya saja saya bisa menggambarkan seberapa hancur perasaan saya saat harus menjadi seorang ketty di detik itu. Saya, saya hanyalah tidak pernah punya kemampuan untuk menunjukkan luka saya sendiri. Saya takut Tuhan berpikir, saya tidak cukup bersyukur atas apa yang saya miliki saat itu dan Dia pun mengambil kebahagiaan kebahagiaan lain yang tersisa yang masih saya miliki.
            Saya baik baik saja, ini hanyalah luka kecil dibandingkan segala yang sampai saat ini masih terjadi dalam hidup saya. Lagi pula, hidup siapa yang bisa lepas dari rasa takut kehilangan dan kecewa? Kita pasti akan pergi, atau siapa pun yang ada dalam hidup kita pun suatu ketika akan pergi.


Saya hanya tahu, bahwa segala yang harus pergi hanyalah untuk memberi ruang bagi kedatangan yang lebih baik.
Tidak apa apa. Saya saat ini sehat dan tengah bahagia dengan seseorang.. yah dia masa depan saya,hidup saya (Irfan)

Sekali lagi Terima kasih untuk kamu, suatu hari di masa lalu saya...