Selasa, 30 Desember 2014

Selamat Datang Tahun Baru 2015, Terima Kasih 2014! Tahunmu Luar Biasa!

Waktu berlalu seperti berlari jarak pendek, cepat tapi tak tergesa. Mungkin seperti itulah ketika saya mendeskripsikan laju hari yang saya lalui 7 bulan terakhir ini.

Yap, terhitung kurang lebih 7 bulan sudah saya tidak lagi tidur sendirian, ditemani beruang ukuran jumbo yang hangat nafasnya dan merdu igauannya bisa saya rasakan di tengkuk atau belakang telinga saya karena posisi kepalanya satu bantal yang setiap tidurnya berada di belakang kepala saya..

"Liat aja nanti abis nikah, Beban pikiranmu bakal numpuk2.." begitu mengenai omongan miring orang ketika saya memutuskan mengakhiri masa lajang saya. Tapi siapalah saya bisa membabat habis kalimat tersebut, karena berapalah umur perkawinan saya dibandingkan ibu dan ayah saya ,mereka tetap bahagia hingga sekarang ini. Saya bukan ingin membantah pernyataan tersebut, hanya ingin sedikit berbagi mengenai pernikahan yang kata orang berat.


Disini, dengan penuh sadar saya bisa berkata dengan lantang pun bangga, hingga hari ini saya sangat berbahagia dengan keadaan yang ajaib ini.

Banyak orang berkata miring mengenai kebahagiaan orang, tanpa mereka mampu berpikir bahwa seandainya mereka ada di posisi orang yang berbahagia tersebut bisa saja mereka terjun dari Monas saking bahagianya, atau tertawa tanpa henti seperti pasien sakit jiwa, seperti itulah yang saya rasakan hari ini.

Tapi dalam diam saya sering sekali berkontemplasi mengapa saya bisa merasa sehangat ini dan apakah yang bertambah dalam hidup saya…

ah, ternyata itu "rumah".. :)

Jika merunut hari demi hari, ada masanya kepala mau copot atau hati ingin meledak menghadapi masalah di luar. Tapi ternyata proses pendewasaan memang nyata adanya, masalah berat saya yang dialami mendadak menjadi ringan ketika saya tau, di rumah saya baik-baik saja. Hingga saat ini, rumah tempat saya yang paling nyaman, disitu saya merasa bebas, tenang. Ketika masalah mulai menghujani hari dan air mata mulai jatuh ke pipi, yang saya inginkan hanya pulang ke rumah, lalu mendadak semua baik-baik saja..

Pernikahan tidak membuat masalah menjadi ringan apalagi menghilang, tapi pernikahan menawarkan rumah baru, tempat kita bisa pulang dan melepaskan jengah hari, kemudian seketika merasa semua baik-baik saja.

Pernikahan ternyata tidak menyediakan kebahagiaan tanpa batas, tapi pernikahan memberikan kita ketenangan luar biasa.. Ya ketenganan bernama "rumah"… Baik itu sebuah bangunan, atau hanya lingkar kedua lengan atau hanya sebuah sapaan ringan di Blackberry Messenger. Apapun jenis rumahnya, tapi perasaan pulang itu tetap hangat. Perasaan yang tidak pernah saya rasakan, sehura-hura hore apapun masa muda saya. Perasaan nyaman seperti dekap ibu, perasaan aman karena kamu tau…


kamu selalu punya alasan untuk pulang,
karena kepulanganmu selalu ditunggu,

karena selalu ada orang yang merindukan hadirmu,
karena selalu ada orang yang mencintai tawamu….

Harapan dan Doaku: Ya Allah, Jadikan awalnya rahmat, pertengahannya nikmat dan penghujung hariMu pun seterusnya ini penuh berkat..
Selamat tahun baru 2015,
terima kasih 2014! tahunmu sungguh luar biasa!

Senin, 29 Desember 2014

Just Sharing

Tujuh bulan nikah, banyak sekali hal-hal yang gak terduga bakal aku alami. Di umur yang 24, kayaknya aku udah ngerasain yang orang usia 30an alamin. Gak tau juga sih, perasaan aku doang atau gimana.
Okay,

beberapa hari lalu ketty nanya, jadi Tujuh bulan selama pernikahan aku ini gimana? Biasan yaa, wajar kalau calon penganten pasti ada kekhawatiran-kekhawatirannya. aku juga dulu gitu kok :D. Satu contoh simpel aja yang bisa aku kasih sebagai jawaban waktu itu adalah…

“Marriage is… ketika kamu masuk ke toko baju misalnya. Dan kamu liat ada blazer atau cardigan lucuuuu banget. Yang biasanya tanpa pikir panjang akan kamu beli. Tapi gak setelah nikah, karena di saat yang bersamaan kamu akan mikir ‘kayaknya aku bisa beli dispenser baru’ atau ‘kayaknya mendingan buat beli tupperware atau set masak yang belum ke beli deh buat isi rumah’.” Simple nya sih gitu ya, at least buat aku.

Dua bulan pernikahan, Oya,, sebelum nikah aku udah mempersiapkan diri bahwa pasangan aku akan 10x lipat lebih ngeselin dibanding waktu pacaran.
And guess what?
Ternyata karena aku udah menurunkan lumayan jauh ekspektasi aku, ketika dia gak sebegitu ngeselinnya…aku gak kecewa. that’s the power of “turunin dikit ekspektasi, biar gak frustasi.” Dan selain apa yang aku sebutin di atas..

aku mempelajari satu hal. Yang sebenernya ini keadaan di mana aku kayaknya lagi ‘ditampar’ sama keadaan. Keadaan yang akhirnya ngajarin aku tentang gimana perih dan hampanya kehilangan. aku belajar dari raut wajah Teh Pipik, Istri Alm. Uje. Di mana beberapa saat itu aku lagi kesel-keselnya karena ngerasa suami aku ternyata bisa nyebelin juga selain bikin aku ketawa terus…
Suami aku bisa saja mendadak begitu nyebelin,
bisa saja sering kali Dia gak peka,
bisa saja sering kali Dia lebih asik sama gadgetnya,
bisa saja sering kali Dia gak nyimak apa yang aku omongin,
bisa saja sering kali Dia gak nurutin mau aku apa yang sebenernya,
bisa saja Dia ceroboh,
Dia lupa,
Dia gak habisin makanan yang aku masakin buat Dia,
Bisa saja Dia gak inget hari ulang tahunku,
Dia telat kasih kabar,
Dia ini itu dan sebagainya..

Tapi ketahuilah, senyebelin-nyebelinnya pasangan kita sekarang. Keadaan mungkin aja jauuuuuh lebih nyebelin dan bikin nyesek lagi kalo seandainnya mereka ga ada. Mereka pergi jauh banget, yang kita tau cuma nunggu. Mereka keluar rumah, tapi kita ngga tau apa mereka akan kembali pulang atau ngga. Mereka keluar rumah, ketika pamit kita ngga tau apa aja yang bisa terjadi sama mereka di luar sana. Apa kita bisa cium tangan atau keningnya lagi atau nggak. Dan kita nggak pernah tau.

Bahkan beberapa detik ke depanpun kita ngga pernah tau. So what I’m trying to say here, is… appriciate what you have now. Cause you never know what you’ve got ’till is gone. Let’s hug our beloved ones now

Oyaa,, dan ini aku juga mau sharing aja..
"bahwa Indahnya perkawinan adalah karna banyaknya perbedaan. Dan setelah ijab kobul, bukan berarti 2 orang itu sudah berjodoh. Jika sebelum menikah mencari yang cocok maka ga akan pernah nemu yang cocok . Karna kecocokan hanya bisa diliat setelah adanya pernikahan. Dengan menikah, hidup bersama dan menghadapi banyak masalah pernikahan, maka disitulah tantangan cinta dan kesetiaan yang sebenarnya"

Iya apa tidak? sekarang gini aja. Sudah menikah bukan berarti sudah berjodoh. Karna jodoh atau tidaknya seseorang adalah bagaimana kita bisa menjalani dan mempertahankan sebuah pernikahan sampai maut yang memisahkan dan bukan meja hijau yang memisahkan. Karna menikah itu berarti menyatukan dua isi kepala yang berbeda untuk bisa terus sejalan lurus kedepan dengan beriringan dengan dihujani seribu masalah untuk saling menguatkan. Seribu masalah untuk menguji kesetiaan, ketulusan,  keikhlasan, dan kesabaran. Bohong kalo udah nikah lantas hubungan selalu romantis tanpa masalah.  Justru Allah memberikan ujian masalah dalam setiap pernikahan itu untuk meng-upgrade suatu hubungan. Ibarat sekolah dikasih ujian buat naik kelas dan nambah ilmu. Sama kayak ujian dalam hubungan, kalo lulus yah derajat cinta dan sayang ke pasangan akan semakin tinggi, bukan begitu??

Jadi buat yang mau nikah dan punya sedikit ketakutan kalo nanti nikah bakal gimana2 atau takut berantem2 terus yah buang jauh2 pemikiran kayak gitu. Dan kalo ada yang bilang nikah muda itu malah mempertinggi angka perceraian berarti pemikirannya yang kudu banget di-upgrade kan lagi. Karna umur bukan patokan seseorang itu sudah dewasa atau belom.  Justru dengan menikah seseorang akan dituntut untuk memiliki tingkah laku dan pemikiran yang lebih dewasa

Minggu, 21 Desember 2014

Kita Punya Rumah



Dia di sana, memandangku sembari bersandar pada tubuh tembok.Senyumnya mengembang sedang tanganku terus beberes segala printilan yang belom  ketata rapi.

Dia di sana, memandangku sembari membawa perabot rumah dari dalam mobil pindah ke dalam rumah. Senyumnya mengembang sedang tangan saya masih bergulat dengan sapu dan kemoceng .

Dia di sana, memandangku sembari membiarkan saya bersandar pada tubuhnya. Senyumnya mengembang sedang lenganku semakin erat memeluk.



Yah.. Kita menamai tempat ini rumah,

Tempat kita akan bersandar pulang,









Tempat kita akan tertidur hingga kembali terjaga,

Tempat kita akan berseteru hingga kembali bersatu,
 
Tempat kita akan bercerita hingga kehabisan kata,

Kita akan punya sebuah sofa besar dan springbad di depan televisi

Tempat kita mengejek berita dan berteriak karena bola,

Kita akan punya sebuah meja makan bundar,Tempat kita memutari dunia tanpa perlu mengingkarinya,

Kita akan punya sebuah ranjang persegi dari kayu, Tempat kita menghitung syukur dan menghapus keluh, Tempat kita menutup hari dan berdoa untuk esok pagi,

Kita punya pintu dengan dua ruang untuk dibuka, Tempat kita saling berpamitan dan berjanji untuk pulang setelah urusan usai,

Kita punya rumah, Kamu dan saya terlelap peluk di dalamnya..

Minggu, 23 November 2014

Bukan Dosa, Bukan Cela



Saya selalu memahami kesepian sebagai suatu waktu dimana di detik, saya tidak punya satu pun telinga atau pegangan yang bisa saya percaya untuk berbagi keluh kesah. Tidak perduli,entah itu saya tengah duduk di tengah – tengah canda tawa rekan kantor ato bersama segerombolan teman.. Sepi, senantiasa mampu terjadi.

Untuk orang seperti saya, yang punya banyak sekali hal yang harus saya simpan dalam diam, bahkan sejak saya kecil sudah terbiasa melakukannya. Terkadang saya menjadi begitu sulit untuk menceritakan perihal luka- luka yang tengah saya rasakan kepada yang selain Tuhan. Saya selalu tau, bahwa ketika saya sedih, saya hanya perlu waktu untuk membiarkan rasa menyakitkan itu memudar, tapi melewatinya, tak jarang mengharuskan saya untuk bertemu dengan sepi. Walau sekejap, kesepian selalu mampu menelan hati saya berbulat – bulat. Dan perasaan itu, terasa begitu tidak baik. Jujur saja, saya sendiri pun tidak pernah menyukainya. Lagi pula, manusia siapa yang bahagia berteman dengan kesepian? Ya ga?

Saya pun juga bukan seorang perempuan pemurung, saya hanya selalu memilih terlihat baik – baik saja, itu persoalannya. Kalau diantara kalian ada yang setipe dengan saya, kalian harus ingat satu hal; setelah segala jenis luka dan kesepian yang berhasil dilewati, sesekali mencoba meletakkan tanganmu di genggaman orang lain bukanlah hal yang memalukan. Belajar mempercayakan segala sesuatu kepada orang lain bukanlah hal yang buruk. Jangan karena hidup kerap menuntutmu untuk selalu lebih kuat dan lebih kuat lagi. Maka kamu tidak boleh tampak lemah sesekali saja. Tentu saja menjadi lebih kuat dari kebanyakan orang itu baik, tapi beda ceritanya kalau yang terjadi justru sok kuat.

Beberapa orang, mungkin termasuk saya, yang terbiasa menyimpan banyak hal sendirian, kerap membiarkan sepi terlalu lama menetap, yang justru berpotensi membangun dinding – dinding lain dalam hati. Kalau dinding itu kamu biarkan terus berdiri, lapisannya akan semakin tebal dan bahkan rasa kepercayaan terhadap seseorang sama sekali tidak ada. Tentu saja itu bukanlah hal yang bijaksana untuk diteruskan.

Temukanlah dia yang mampu membuatmu semakin menyayangi dirimu sendiri, dan paham bahwa; memiliki kelemahan itu bukanlah suatu dosa 

            Saya pernah dikecewakan, dibohongi, dan saya diharuskan menyimpan sesuatu yang menyakitkan itu seorang diri. Karena apabila saya bicara, saya merasa hal itu akan membuat kesedihan bebas merentangkan sayapnya ke hati – hati lain yang saya sayangi. Mengkaitkan banyak orang, saya tidak ingin sama sekali melakukannya. Dan itu semua membuat saya harus selalu berusaha sekuat tenaga mengingatkan diri sendiri, bahwa saya tidak boleh jadi seseorang yang terlalu takut untuk berjalan bersama genggaman seseorang lain. Tidak semua genggaman akan menuntun saya ke arah yang akan membuat saya tersesat. Karena saya percaya, Tuhan selalu menyediakan salah satu mereka yang bersedia menuntun saya ke rumah yang lebih baik.

            Sejak saya kecil, saya punya banyak sekali alasan untuk menjadi anak yang nakal, atau seseorang yang membenci Tuhan saya sendiri. Tapi saya tidak pernah membiarkan hal seperti itu terjadi. Tidak akan pernah. Minum? Narkoba? Overdosis? Percobaan bunuh diri? Well,    yang seperti itu sudah pernah terjadi di hadapan mata saya sendiri. Dan isinya hanyalah kekosongan. Saya tidak pernah menganggap itu semua sebagai kemalangan, Tuhan begitu baik pada saya. Dia menunjukkan dengan jelas mana yang salah dan yang benar., walau melewatinya tidak mudah, setidaknya saya tidak melakukan hal bodoh macam itu. Dikecewakan dan tidak menerima penjelasan? Saya juga sudah kenyang akan hal itu,. Jadi kalau ada pria yang pernah berfikir, berhasil membuat saya patah hati. Percayalah, rasa sakit patah hati tidak ada apa – apanya dibandingkan patah hidup. Tapi betapa pun hal itu pernah mengganggu saya, membuat saya depresi dan menjadi pribadi yang aneh. Saya tidak mau membiarkan diri saya menjadi seseorang yang tumbuh tanpa mau percaya pada siapa pun.


            Namun satu hal yang saya pahami, manusia, tidak dilahirkan untuk berdiri sendiri, walau dia punya sepasang kaki yang membuatnya mampu berjalan. Berjalan sendirian di tengah bumi ini tidak akan pernah memberimu cerita apa – apa. Hidup hanya berjalan untuk berakhir. Itu sangat menyedihkan. Saya tidak ingin mengalami yang demikian. Saya tidak akan pernah membiarkan diri saya memilih hidup seperti itu.

            Bersama bukanlah soal kau tidak bisa berdiri tegak bila mengandalkan kakimu sendiri. Tapi bersama adalah tentang langkahmu yang tak kau biarkan berteman dengan banyangannya saja , dan hanya berjalan tanpa genggaman siapa pun.

            Bukankah akan sangat baik, ketika kamu berjalan dan menoleh, lalu ada wajah yang setia memberikan senyumnya untukmu? Sungguh indah bukan? :)

            Memiliki kelemahan bukanlah suatu dosa, pernah melewati hal buruk juga bukanlah suatu cela. Begitupun memerlukan seseorang untuk berpegangan, bukanlah hal yang memalukan. Kelak, akan datang kok sesorang yang mampu membuatmu memahaminya...

            Yakin saja, Bahwa segala hal akan baik – baik saja, selama kalian bersama... 



...  Salam  :)

Selasa, 18 November 2014

Tidak Ada hidup yang Mudah

Tidak ada hidup yang mudah. Itu kenapa saya kesal sekali kalau ada yang bilang; mungkin kesedihan datang karena kamu kurang bersyukur. Karena kamu berpikir terlalu rumit soal pola kebahagiaan. Mungkin itu benar, kalau saja kamu bicara tentang kesedihan yang sesederhana; lupa membawa payung, saat kamu tahu—kalau nanti siang akan turun hujan. Seandainya saja, semua bentuk kesedihan hanya sesederhana itu.
  Saya beritahu, tidak semua manusia yang tengah bersedih, sedih karena mereka lupa bersyukur. Bisa jadi memang karena luka yang mereka terima cukup dalam untuk mampu menyentuh jantung mereka sendiri. Hingga begitu sakit. Hingga begitu sesak. Hingga bila mereka tak berhati-hati, mereka bisa kehilangan hidup mereka sendiri.
  Saya begitu tidak suka, manusia yang hobinya mengecilkan cara pandang hidup orang lain yang mungkin ‘tak satu paket’ dengan cara pandang hidup yang mereka pilih. Rasanya kesal sekali menghadapi manusia yang seperti ini. Rasanya ingin kutampar wajahnya sekali-sekali, biar batu di kepalanya bisa ikut hancur.
  Saya memang bukan tipe manusia yang suka menyanggah. Mungkin karenanya, saat saya keras pada sesuatu yang tidak kusetujui, beberapa orang tidak mampu menerimanya sebagai ketidak-setujuan-yang-masuk-diakal. Atau justru marah bukan kepalang hingga berhenti bicara padaku. Lucu sekali ya. Saya selalu tersenyum kecut saat memikirkannya. Saya rasa mereka perlu piknik sekali-sekali, bukan piknik ke luar rumah. Mereka perlu piknik ke dalam isi pikiran manusia lain. Mereka perlu itu agar tahu, bahwa beda nyawa ya pasti beda isi kepalanya. 
Bahwa ada beberapa hal yang tidak pantas disederhanakan. Salah satunya adalah kesedihan dalam hidup orang lain, yang jelas tidak pernah kamu lalui. Karena kamu-bukanlah-mereka.

Minggu, 09 November 2014

Buat Teman Temanku Muslimah... Suatu hari nanti , Inshaa Allah

Suatu Hari Nanti
Suatu Hari akan ada seseorang yang cukup baik budinya untuk membuatmu tertarik..
Cukup luas hatinya untuk tempatmu tinggali..
Cukup Bijaksana pikirannya untuk kamu ajak bicara..

Kamu tidak perlu menjadi orang lain,hanya untuk mempertahankan seseorang, Tetap jadilah diri sendiri..
Kamu pun tidak (dan jangan) menuntuk orang lain menerima keadaanmu bila ia memang tidak mampu menerimanya..
Karena yang baik,belum tentu tepat

Orang baik itu banyak sekali dan hanya ada satu yang tepat
Selebihnya hanyalah ujian
Kamu tidak pernah tau siapa yang tepat sampai datang hari akad
Tetaplah jaga diri selayaknya menjaga orang yang paling berharga untukmu..
Karna kamu sangatlah berharga untuk seseorang yang sangat berharga buatmu nantinya

Suatu hari akan ada orang yang cukup baik dan cukup luas hatinya untuk kamu tinggali..
Cukup kuat kakinya untuk kamu ajak jalan bersama bersebelahan
Melindungimu, Menuntunmu, Menjagamu dari rasa takut akan kehidupan selanjutnya

Lebih dari itu,,
Ia mampu menerimamu yang juga serba cukup


Salam :)

Senin, 20 Oktober 2014

Sedihnya, banyak dari mereka yang hanya mau, tetapi belom mampu..

"Nikah Muda",
mungkin bagi beberapa perempuan 2 kata ini terdengar begitu indah, bagai dongeng kisah klasik yang menyelamatkan mereka, bagai sebuah keriaan ruang dansa dengan akhir bahagia. Ditambah, banyak sekali di sekeliling mereka yang memutuskan untuk menikah muda dan terlihat bahagia. Tumbuhlah harapan-harapan di benak mereka untuk cepat-cepat melepas masa lajang.
Berbekal pengalaman diri sendiri, di saat posisi tidur telentang mengakibatkan susah bernapas dan tiduran miring mengakibatkan rasa ngilu di sekitar area kewanitaan; semakin hari semakin nyata terasa bahwa mahligai pernikahan itu butuh bukan hanya sekedar 2 anak manusia yang mau untuk bersama, tapi juga kemampuan untuk menapaki hidup yang tak lagi mudah.
  
Aku adalah seorang istri dan anak, serta Hamba Allah yang beruntung, berbekal segala keterbatasan kami sewaktu memutuskan menikah,tapi hingga hari ini aku masih dapat makan enak, masih ketumpahan rezeki,dan kami masih memiliki orang tua yang tidak bosan selalu menyayangi. Tapi kisahku, ku anggap adalah sebuah anomali kehidupan, sebuah keajaiban yang tidak semua orang bisa dapat, sebuah kasih sayang berlimpahan rezeki dari Tuhan yang mungkin saja, tidak semua istri merasakan hal yang sama.Oleh karena itu, setiap teman maupun siapapun yang meminta saran padaku untuk menikah, maka pertanyaan pertama yang ku tanyakan pada mereka adalah..
"Apa udah siap ke depannya? Biaya hidup makin mahal..?"
Aku tidak peduli mereka hidup seperti apa, sumber dana dari mana, si calon mapan atau tidak, punya rekening berapa. Karena pernikahan bukan hanya sekedar resepsi yang dipajang di Instagram lalu menimbulkan ribuan likes, bukan itu. Pernikahan adalah sebuah keputusan hidup bersama, berdua, hingga nanti. Ku akui, hari pernikahan merupakan hari paling indah dalam hidupku. Bayangkan, dalam 1 hari aku mendapat ribuan ucapan selamat, banyak kado dan semua orang yang menatap diriku ketika berjalan. Tapi sesudahnya, orang tidak ada yang peduli, yang mereka tau, hidupmu sudah berdua.
 Lalu? Apa mereka yang mengucapkan selamat atau yang ribet nanya kapan nikah akan membiayai hidupmu ke depannya? Jelas tidak, hidupmu dan pasangan ke depannya adalah tanggung jawab kalian sendiri. Nah poin ini banyak yang perempuan muda lupa, bahwa pernikahan adalah sebuah perubahan fase hidup yang dibutuhkan banyak kesiapan.
 Memang benar, semua manusia mempunyai standar hidupnya masing-masing. Ada yang kalau pusing sedikit harus cepat cepat ceckup ke Dokter,, dan ada yang sudah cukup untuk membeli obat di apotik saja.. Ada yang bila dirawat harus di kamar kelas 1, ada yang bisa sembuh walau hanya di kamar rawat kelas 3. Setiap manusia mempunyai tingkat gaya hidupnya sendiri-sendiri, tapi mereka yang mungkin hidupnya tak seberuntung kalian yang sedang membaca postingan ini juga pasti memiliki standar hidup dan harapan agar ke depannya hidupnya membaik, bukan?

di situ poinnya, mengapa setiap manusia harus memiliki persiapan dalam hidup, apalagi ketika memutuskan menikah. Hidup itu selalu penuh keputusan, hidup selalu dihadapkan pada pilihan; dan manusia berhak untuk memilih mana jalan terbaik untuk dirinya.

Menikah itu hal yang indah. Benar. Bagaimana tidak indah, setiap pagi kita melihat raut muka seorang yang kita cinta, setiap hari kita memiliki seseorang yang bertanggung jawab atas kecukupan dan kebahagiaan kita..
Tapi, siapkah kamu? dan lebih penting, siapkah kalian memenuhi kebutuhan hidup kalian setelah menikah?


Pernikahan bukan ajang perlombaan, tidak mesti yang terakhir menikah adalah pihak yang kalah. Pernikahan juga bukan cepat-cepatan umur, tetapi kemantapan juga kesiapan, salah satunya kesiapan finansial; setidaknya untuk bertahan hidup ke depannya.

Jadi, kalau kamu merasa penghasilan kamu dan pacar kamu belom cukup untuk memenuhi hidup kalian pasca menikah, jangan pernah ragu untuk menunda. Kerja keras lagi, nabung lagi. Nikah tidak harus muda, tapi jika dirasa sudah siap, segerakan.. Tapi jangan tanpa persiapan. Gegabah memberi makan ego, lalu kemudian tak mampu memberi makan perut sendiri.
Tuhan memang menjanjikan rezeki bagi hambanya yang mau berjalan menuju kebaikan, di antaranya adalah pernikahan. Tapi janji Tuhan yang pasti benar itu baiknya tidak dijadikan "modal menikah". Menikah itu butuh persiapan, bukan berharap keajaiban. Karena Tuhan yang paling tau, seberapa porsi keajaiban yang Ia mau berikan pada hambanya.
Kembalikan lagi ke diri kalian berdua sebelum mengambil keputusan untuk bersama, sanggupkah kalian untuk hidup ke depan sesuai dengan gaya hidup yang kalian sepakati. Sanggup? Jalani. Menikah adalah hal baik dan membahagiakan, tapi juga penuh masalah. Nikah ketika sudah yakin bahwa ke depannya bisa hidup adalah satu cara mengurangi masalah berat ke depannya. :)
Selamat berbahagia dan merencanakan pernikahan. Salam :)

Kamis, 18 September 2014

To My Kids, With Love :')

Kids,

Sedang apa kamu Nak? Bunda sedang ingin menulis untuk kalian. Ini tentang kalian, permata hati Bunda dan kebanggaan Abi.

Kids,
Apakah kalian tau, bahwa tanda tanda adanya kalian di rahim Bunda setelah Bunda dan Abi menikah, sungguh sangat mebahagiakan buat kami Nak.. Pegel, nyeri, mual, ngidam yang tak berkesudahan  yang Bunda rasakan setiap harinya sungguh suatu anugerah buat Bunda.. Bertepatan dengan itu, Bunda sakit gigi,dan tanpa sadar Bunda menelan kapsul..dan Akhirnya... Maafkan Bunda Nak.. :’(

Kids,
Bunda sangat memikirkan kalian bahkan sebelum Bunda menikah dengan Abi. Dulu cita-cita Bunda ingin jika nanti akan hamil, Bunda dan Abi sudah tinggal di rumah sendiri, memiliki kendaraan roda empat sendiri, dan memiliki sejumlah nominal di tabungan buat biaya pendidikan kalian. Dan Bunda ingin semuanya siap ketika kalian lahir ke dunia, Bunda ga ingin kalian kekurangan. Tapi bahkan ketika Bunda memiliki itu semua,kalian belum juga hadir lagi. Maafkan Bunda sayang,, Bunda belum bisa menjadi ibu yang baik bagi kalian. Bunda ceroboh menyia-nyiakan kalian dalam ketidaktahuan dan ketidaksengajaan Bunda. Maafkan Bunda Nak..., kids :’(

Kids,
Mungkin banyak yang ga tahu bahwa Bunda sungguh merindukan kalian, mungkin terlebih Abi kalian. Buinda sedih sekali ketika harus kehilangan kalian waktu itu.. dan bulan bulan setelahnya tes kehamilan Bunda menunjukkan negatif, walaupun Bunda tau hasilnya  akan negatif (kalian jangan mempertanyakan ini ya..) hati Bunda selalu retak ketika melihat garisnya hanya ada satu.

Kids,
Hanya sedikit tulisan ini yang bisa Bunda ceritakan. Nanti ketika kita bertemu, insyaallah akan Bunda ceritakan semuanya, tentang kehidupan, tentang cinta, tentang Bunda dan Abi. Bunda berharap dimana pun kalian,,, bersabarlah, Bunda dan Abi akan selalu berusaha  :’)

With Love,
Bunda dan Abi..