Senin, 20 Oktober 2014

Sedihnya, banyak dari mereka yang hanya mau, tetapi belom mampu..

"Nikah Muda",
mungkin bagi beberapa perempuan 2 kata ini terdengar begitu indah, bagai dongeng kisah klasik yang menyelamatkan mereka, bagai sebuah keriaan ruang dansa dengan akhir bahagia. Ditambah, banyak sekali di sekeliling mereka yang memutuskan untuk menikah muda dan terlihat bahagia. Tumbuhlah harapan-harapan di benak mereka untuk cepat-cepat melepas masa lajang.
Berbekal pengalaman diri sendiri, di saat posisi tidur telentang mengakibatkan susah bernapas dan tiduran miring mengakibatkan rasa ngilu di sekitar area kewanitaan; semakin hari semakin nyata terasa bahwa mahligai pernikahan itu butuh bukan hanya sekedar 2 anak manusia yang mau untuk bersama, tapi juga kemampuan untuk menapaki hidup yang tak lagi mudah.
  
Aku adalah seorang istri dan anak, serta Hamba Allah yang beruntung, berbekal segala keterbatasan kami sewaktu memutuskan menikah,tapi hingga hari ini aku masih dapat makan enak, masih ketumpahan rezeki,dan kami masih memiliki orang tua yang tidak bosan selalu menyayangi. Tapi kisahku, ku anggap adalah sebuah anomali kehidupan, sebuah keajaiban yang tidak semua orang bisa dapat, sebuah kasih sayang berlimpahan rezeki dari Tuhan yang mungkin saja, tidak semua istri merasakan hal yang sama.Oleh karena itu, setiap teman maupun siapapun yang meminta saran padaku untuk menikah, maka pertanyaan pertama yang ku tanyakan pada mereka adalah..
"Apa udah siap ke depannya? Biaya hidup makin mahal..?"
Aku tidak peduli mereka hidup seperti apa, sumber dana dari mana, si calon mapan atau tidak, punya rekening berapa. Karena pernikahan bukan hanya sekedar resepsi yang dipajang di Instagram lalu menimbulkan ribuan likes, bukan itu. Pernikahan adalah sebuah keputusan hidup bersama, berdua, hingga nanti. Ku akui, hari pernikahan merupakan hari paling indah dalam hidupku. Bayangkan, dalam 1 hari aku mendapat ribuan ucapan selamat, banyak kado dan semua orang yang menatap diriku ketika berjalan. Tapi sesudahnya, orang tidak ada yang peduli, yang mereka tau, hidupmu sudah berdua.
 Lalu? Apa mereka yang mengucapkan selamat atau yang ribet nanya kapan nikah akan membiayai hidupmu ke depannya? Jelas tidak, hidupmu dan pasangan ke depannya adalah tanggung jawab kalian sendiri. Nah poin ini banyak yang perempuan muda lupa, bahwa pernikahan adalah sebuah perubahan fase hidup yang dibutuhkan banyak kesiapan.
 Memang benar, semua manusia mempunyai standar hidupnya masing-masing. Ada yang kalau pusing sedikit harus cepat cepat ceckup ke Dokter,, dan ada yang sudah cukup untuk membeli obat di apotik saja.. Ada yang bila dirawat harus di kamar kelas 1, ada yang bisa sembuh walau hanya di kamar rawat kelas 3. Setiap manusia mempunyai tingkat gaya hidupnya sendiri-sendiri, tapi mereka yang mungkin hidupnya tak seberuntung kalian yang sedang membaca postingan ini juga pasti memiliki standar hidup dan harapan agar ke depannya hidupnya membaik, bukan?

di situ poinnya, mengapa setiap manusia harus memiliki persiapan dalam hidup, apalagi ketika memutuskan menikah. Hidup itu selalu penuh keputusan, hidup selalu dihadapkan pada pilihan; dan manusia berhak untuk memilih mana jalan terbaik untuk dirinya.

Menikah itu hal yang indah. Benar. Bagaimana tidak indah, setiap pagi kita melihat raut muka seorang yang kita cinta, setiap hari kita memiliki seseorang yang bertanggung jawab atas kecukupan dan kebahagiaan kita..
Tapi, siapkah kamu? dan lebih penting, siapkah kalian memenuhi kebutuhan hidup kalian setelah menikah?


Pernikahan bukan ajang perlombaan, tidak mesti yang terakhir menikah adalah pihak yang kalah. Pernikahan juga bukan cepat-cepatan umur, tetapi kemantapan juga kesiapan, salah satunya kesiapan finansial; setidaknya untuk bertahan hidup ke depannya.

Jadi, kalau kamu merasa penghasilan kamu dan pacar kamu belom cukup untuk memenuhi hidup kalian pasca menikah, jangan pernah ragu untuk menunda. Kerja keras lagi, nabung lagi. Nikah tidak harus muda, tapi jika dirasa sudah siap, segerakan.. Tapi jangan tanpa persiapan. Gegabah memberi makan ego, lalu kemudian tak mampu memberi makan perut sendiri.
Tuhan memang menjanjikan rezeki bagi hambanya yang mau berjalan menuju kebaikan, di antaranya adalah pernikahan. Tapi janji Tuhan yang pasti benar itu baiknya tidak dijadikan "modal menikah". Menikah itu butuh persiapan, bukan berharap keajaiban. Karena Tuhan yang paling tau, seberapa porsi keajaiban yang Ia mau berikan pada hambanya.
Kembalikan lagi ke diri kalian berdua sebelum mengambil keputusan untuk bersama, sanggupkah kalian untuk hidup ke depan sesuai dengan gaya hidup yang kalian sepakati. Sanggup? Jalani. Menikah adalah hal baik dan membahagiakan, tapi juga penuh masalah. Nikah ketika sudah yakin bahwa ke depannya bisa hidup adalah satu cara mengurangi masalah berat ke depannya. :)
Selamat berbahagia dan merencanakan pernikahan. Salam :)