Saya selalu memahami kesepian
sebagai suatu waktu dimana di detik, saya tidak punya satu pun telinga atau
pegangan yang bisa saya percaya untuk berbagi keluh kesah. Tidak perduli,entah
itu saya tengah duduk di tengah – tengah canda tawa rekan kantor ato bersama segerombolan
teman.. Sepi, senantiasa mampu terjadi.
Untuk orang seperti saya,
yang punya banyak sekali hal yang harus saya simpan dalam diam, bahkan sejak
saya kecil sudah terbiasa melakukannya. Terkadang saya menjadi begitu sulit
untuk menceritakan perihal luka- luka yang tengah saya rasakan kepada yang
selain Tuhan. Saya selalu tau, bahwa ketika saya sedih, saya hanya perlu waktu
untuk membiarkan rasa menyakitkan itu memudar, tapi melewatinya, tak jarang
mengharuskan saya untuk bertemu dengan sepi. Walau sekejap, kesepian selalu
mampu menelan hati saya berbulat – bulat. Dan perasaan itu, terasa begitu tidak
baik. Jujur saja, saya sendiri pun tidak pernah menyukainya. Lagi pula, manusia
siapa yang bahagia berteman dengan kesepian? Ya ga?
Saya pun juga bukan seorang perempuan pemurung,
saya hanya selalu memilih terlihat baik – baik saja, itu persoalannya. Kalau
diantara kalian ada yang setipe dengan saya, kalian harus ingat satu hal;
setelah segala jenis luka dan kesepian yang berhasil dilewati, sesekali mencoba
meletakkan tanganmu di genggaman orang lain bukanlah hal yang memalukan.
Belajar mempercayakan segala sesuatu kepada orang lain bukanlah hal yang buruk.
Jangan karena hidup kerap menuntutmu untuk selalu lebih kuat dan lebih kuat lagi.
Maka kamu tidak boleh tampak lemah sesekali saja. Tentu saja menjadi lebih kuat
dari kebanyakan orang itu baik, tapi beda ceritanya kalau yang terjadi justru
sok kuat.
Beberapa orang, mungkin
termasuk saya, yang terbiasa menyimpan banyak hal sendirian, kerap membiarkan
sepi terlalu lama menetap, yang justru berpotensi membangun dinding – dinding
lain dalam hati. Kalau dinding itu kamu biarkan terus berdiri, lapisannya akan
semakin tebal dan bahkan rasa kepercayaan terhadap seseorang sama sekali tidak
ada. Tentu saja itu bukanlah hal yang bijaksana untuk diteruskan.
Temukanlah
dia yang mampu membuatmu semakin menyayangi dirimu sendiri, dan paham bahwa;
memiliki kelemahan itu bukanlah suatu dosa
Saya
pernah dikecewakan, dibohongi, dan saya diharuskan menyimpan sesuatu yang
menyakitkan itu seorang diri. Karena apabila saya bicara, saya merasa hal itu
akan membuat kesedihan bebas merentangkan sayapnya ke hati – hati lain yang
saya sayangi. Mengkaitkan banyak orang, saya tidak ingin sama sekali
melakukannya. Dan itu semua membuat saya harus selalu berusaha sekuat tenaga
mengingatkan diri sendiri, bahwa saya tidak boleh jadi seseorang yang terlalu
takut untuk berjalan bersama genggaman seseorang lain. Tidak semua genggaman
akan menuntun saya ke arah yang akan membuat saya tersesat. Karena saya
percaya, Tuhan selalu menyediakan salah satu mereka yang bersedia menuntun saya
ke rumah yang lebih baik.
Sejak
saya kecil, saya punya banyak sekali alasan untuk menjadi anak yang nakal, atau
seseorang yang membenci Tuhan saya sendiri. Tapi saya tidak pernah membiarkan
hal seperti itu terjadi. Tidak akan pernah. Minum? Narkoba? Overdosis?
Percobaan bunuh diri? Well, yang seperti itu sudah pernah terjadi di
hadapan mata saya sendiri. Dan isinya hanyalah kekosongan. Saya tidak pernah
menganggap itu semua sebagai kemalangan, Tuhan begitu baik pada saya. Dia
menunjukkan dengan jelas mana yang salah dan yang benar., walau melewatinya
tidak mudah, setidaknya saya tidak melakukan hal bodoh macam itu. Dikecewakan
dan tidak menerima penjelasan? Saya juga sudah kenyang akan hal itu,. Jadi
kalau ada pria yang pernah berfikir, berhasil membuat saya patah hati.
Percayalah, rasa sakit patah hati tidak ada apa – apanya dibandingkan patah
hidup. Tapi betapa pun hal itu pernah mengganggu saya, membuat saya depresi dan
menjadi pribadi yang aneh. Saya tidak mau membiarkan diri saya menjadi
seseorang yang tumbuh tanpa mau percaya pada siapa pun.
Namun
satu hal yang saya pahami, manusia, tidak dilahirkan untuk berdiri sendiri,
walau dia punya sepasang kaki yang membuatnya mampu berjalan. Berjalan
sendirian di tengah bumi ini tidak akan pernah memberimu cerita apa – apa.
Hidup hanya berjalan untuk berakhir. Itu sangat menyedihkan. Saya tidak ingin
mengalami yang demikian. Saya tidak akan pernah membiarkan diri saya memilih
hidup seperti itu.
Bersama
bukanlah soal kau tidak bisa berdiri tegak bila mengandalkan kakimu sendiri.
Tapi bersama adalah tentang langkahmu yang tak kau biarkan berteman dengan
banyangannya saja , dan hanya berjalan tanpa genggaman siapa pun.
Bukankah
akan sangat baik, ketika kamu berjalan dan menoleh, lalu ada wajah yang setia
memberikan senyumnya untukmu? Sungguh indah bukan? :)
Memiliki
kelemahan bukanlah suatu dosa, pernah melewati hal buruk juga bukanlah suatu
cela. Begitupun memerlukan seseorang untuk berpegangan, bukanlah hal yang
memalukan. Kelak, akan datang kok sesorang yang mampu membuatmu memahaminya...
... Salam :)