Minggu, 23 November 2014

Bukan Dosa, Bukan Cela



Saya selalu memahami kesepian sebagai suatu waktu dimana di detik, saya tidak punya satu pun telinga atau pegangan yang bisa saya percaya untuk berbagi keluh kesah. Tidak perduli,entah itu saya tengah duduk di tengah – tengah canda tawa rekan kantor ato bersama segerombolan teman.. Sepi, senantiasa mampu terjadi.

Untuk orang seperti saya, yang punya banyak sekali hal yang harus saya simpan dalam diam, bahkan sejak saya kecil sudah terbiasa melakukannya. Terkadang saya menjadi begitu sulit untuk menceritakan perihal luka- luka yang tengah saya rasakan kepada yang selain Tuhan. Saya selalu tau, bahwa ketika saya sedih, saya hanya perlu waktu untuk membiarkan rasa menyakitkan itu memudar, tapi melewatinya, tak jarang mengharuskan saya untuk bertemu dengan sepi. Walau sekejap, kesepian selalu mampu menelan hati saya berbulat – bulat. Dan perasaan itu, terasa begitu tidak baik. Jujur saja, saya sendiri pun tidak pernah menyukainya. Lagi pula, manusia siapa yang bahagia berteman dengan kesepian? Ya ga?

Saya pun juga bukan seorang perempuan pemurung, saya hanya selalu memilih terlihat baik – baik saja, itu persoalannya. Kalau diantara kalian ada yang setipe dengan saya, kalian harus ingat satu hal; setelah segala jenis luka dan kesepian yang berhasil dilewati, sesekali mencoba meletakkan tanganmu di genggaman orang lain bukanlah hal yang memalukan. Belajar mempercayakan segala sesuatu kepada orang lain bukanlah hal yang buruk. Jangan karena hidup kerap menuntutmu untuk selalu lebih kuat dan lebih kuat lagi. Maka kamu tidak boleh tampak lemah sesekali saja. Tentu saja menjadi lebih kuat dari kebanyakan orang itu baik, tapi beda ceritanya kalau yang terjadi justru sok kuat.

Beberapa orang, mungkin termasuk saya, yang terbiasa menyimpan banyak hal sendirian, kerap membiarkan sepi terlalu lama menetap, yang justru berpotensi membangun dinding – dinding lain dalam hati. Kalau dinding itu kamu biarkan terus berdiri, lapisannya akan semakin tebal dan bahkan rasa kepercayaan terhadap seseorang sama sekali tidak ada. Tentu saja itu bukanlah hal yang bijaksana untuk diteruskan.

Temukanlah dia yang mampu membuatmu semakin menyayangi dirimu sendiri, dan paham bahwa; memiliki kelemahan itu bukanlah suatu dosa 

            Saya pernah dikecewakan, dibohongi, dan saya diharuskan menyimpan sesuatu yang menyakitkan itu seorang diri. Karena apabila saya bicara, saya merasa hal itu akan membuat kesedihan bebas merentangkan sayapnya ke hati – hati lain yang saya sayangi. Mengkaitkan banyak orang, saya tidak ingin sama sekali melakukannya. Dan itu semua membuat saya harus selalu berusaha sekuat tenaga mengingatkan diri sendiri, bahwa saya tidak boleh jadi seseorang yang terlalu takut untuk berjalan bersama genggaman seseorang lain. Tidak semua genggaman akan menuntun saya ke arah yang akan membuat saya tersesat. Karena saya percaya, Tuhan selalu menyediakan salah satu mereka yang bersedia menuntun saya ke rumah yang lebih baik.

            Sejak saya kecil, saya punya banyak sekali alasan untuk menjadi anak yang nakal, atau seseorang yang membenci Tuhan saya sendiri. Tapi saya tidak pernah membiarkan hal seperti itu terjadi. Tidak akan pernah. Minum? Narkoba? Overdosis? Percobaan bunuh diri? Well,    yang seperti itu sudah pernah terjadi di hadapan mata saya sendiri. Dan isinya hanyalah kekosongan. Saya tidak pernah menganggap itu semua sebagai kemalangan, Tuhan begitu baik pada saya. Dia menunjukkan dengan jelas mana yang salah dan yang benar., walau melewatinya tidak mudah, setidaknya saya tidak melakukan hal bodoh macam itu. Dikecewakan dan tidak menerima penjelasan? Saya juga sudah kenyang akan hal itu,. Jadi kalau ada pria yang pernah berfikir, berhasil membuat saya patah hati. Percayalah, rasa sakit patah hati tidak ada apa – apanya dibandingkan patah hidup. Tapi betapa pun hal itu pernah mengganggu saya, membuat saya depresi dan menjadi pribadi yang aneh. Saya tidak mau membiarkan diri saya menjadi seseorang yang tumbuh tanpa mau percaya pada siapa pun.


            Namun satu hal yang saya pahami, manusia, tidak dilahirkan untuk berdiri sendiri, walau dia punya sepasang kaki yang membuatnya mampu berjalan. Berjalan sendirian di tengah bumi ini tidak akan pernah memberimu cerita apa – apa. Hidup hanya berjalan untuk berakhir. Itu sangat menyedihkan. Saya tidak ingin mengalami yang demikian. Saya tidak akan pernah membiarkan diri saya memilih hidup seperti itu.

            Bersama bukanlah soal kau tidak bisa berdiri tegak bila mengandalkan kakimu sendiri. Tapi bersama adalah tentang langkahmu yang tak kau biarkan berteman dengan banyangannya saja , dan hanya berjalan tanpa genggaman siapa pun.

            Bukankah akan sangat baik, ketika kamu berjalan dan menoleh, lalu ada wajah yang setia memberikan senyumnya untukmu? Sungguh indah bukan? :)

            Memiliki kelemahan bukanlah suatu dosa, pernah melewati hal buruk juga bukanlah suatu cela. Begitupun memerlukan seseorang untuk berpegangan, bukanlah hal yang memalukan. Kelak, akan datang kok sesorang yang mampu membuatmu memahaminya...

            Yakin saja, Bahwa segala hal akan baik – baik saja, selama kalian bersama... 



...  Salam  :)

Selasa, 18 November 2014

Tidak Ada hidup yang Mudah

Tidak ada hidup yang mudah. Itu kenapa saya kesal sekali kalau ada yang bilang; mungkin kesedihan datang karena kamu kurang bersyukur. Karena kamu berpikir terlalu rumit soal pola kebahagiaan. Mungkin itu benar, kalau saja kamu bicara tentang kesedihan yang sesederhana; lupa membawa payung, saat kamu tahu—kalau nanti siang akan turun hujan. Seandainya saja, semua bentuk kesedihan hanya sesederhana itu.
  Saya beritahu, tidak semua manusia yang tengah bersedih, sedih karena mereka lupa bersyukur. Bisa jadi memang karena luka yang mereka terima cukup dalam untuk mampu menyentuh jantung mereka sendiri. Hingga begitu sakit. Hingga begitu sesak. Hingga bila mereka tak berhati-hati, mereka bisa kehilangan hidup mereka sendiri.
  Saya begitu tidak suka, manusia yang hobinya mengecilkan cara pandang hidup orang lain yang mungkin ‘tak satu paket’ dengan cara pandang hidup yang mereka pilih. Rasanya kesal sekali menghadapi manusia yang seperti ini. Rasanya ingin kutampar wajahnya sekali-sekali, biar batu di kepalanya bisa ikut hancur.
  Saya memang bukan tipe manusia yang suka menyanggah. Mungkin karenanya, saat saya keras pada sesuatu yang tidak kusetujui, beberapa orang tidak mampu menerimanya sebagai ketidak-setujuan-yang-masuk-diakal. Atau justru marah bukan kepalang hingga berhenti bicara padaku. Lucu sekali ya. Saya selalu tersenyum kecut saat memikirkannya. Saya rasa mereka perlu piknik sekali-sekali, bukan piknik ke luar rumah. Mereka perlu piknik ke dalam isi pikiran manusia lain. Mereka perlu itu agar tahu, bahwa beda nyawa ya pasti beda isi kepalanya. 
Bahwa ada beberapa hal yang tidak pantas disederhanakan. Salah satunya adalah kesedihan dalam hidup orang lain, yang jelas tidak pernah kamu lalui. Karena kamu-bukanlah-mereka.

Minggu, 09 November 2014

Buat Teman Temanku Muslimah... Suatu hari nanti , Inshaa Allah

Suatu Hari Nanti
Suatu Hari akan ada seseorang yang cukup baik budinya untuk membuatmu tertarik..
Cukup luas hatinya untuk tempatmu tinggali..
Cukup Bijaksana pikirannya untuk kamu ajak bicara..

Kamu tidak perlu menjadi orang lain,hanya untuk mempertahankan seseorang, Tetap jadilah diri sendiri..
Kamu pun tidak (dan jangan) menuntuk orang lain menerima keadaanmu bila ia memang tidak mampu menerimanya..
Karena yang baik,belum tentu tepat

Orang baik itu banyak sekali dan hanya ada satu yang tepat
Selebihnya hanyalah ujian
Kamu tidak pernah tau siapa yang tepat sampai datang hari akad
Tetaplah jaga diri selayaknya menjaga orang yang paling berharga untukmu..
Karna kamu sangatlah berharga untuk seseorang yang sangat berharga buatmu nantinya

Suatu hari akan ada orang yang cukup baik dan cukup luas hatinya untuk kamu tinggali..
Cukup kuat kakinya untuk kamu ajak jalan bersama bersebelahan
Melindungimu, Menuntunmu, Menjagamu dari rasa takut akan kehidupan selanjutnya

Lebih dari itu,,
Ia mampu menerimamu yang juga serba cukup


Salam :)