Selasa, 30 Desember 2014

Selamat Datang Tahun Baru 2015, Terima Kasih 2014! Tahunmu Luar Biasa!

Waktu berlalu seperti berlari jarak pendek, cepat tapi tak tergesa. Mungkin seperti itulah ketika saya mendeskripsikan laju hari yang saya lalui 7 bulan terakhir ini.

Yap, terhitung kurang lebih 7 bulan sudah saya tidak lagi tidur sendirian, ditemani beruang ukuran jumbo yang hangat nafasnya dan merdu igauannya bisa saya rasakan di tengkuk atau belakang telinga saya karena posisi kepalanya satu bantal yang setiap tidurnya berada di belakang kepala saya..

"Liat aja nanti abis nikah, Beban pikiranmu bakal numpuk2.." begitu mengenai omongan miring orang ketika saya memutuskan mengakhiri masa lajang saya. Tapi siapalah saya bisa membabat habis kalimat tersebut, karena berapalah umur perkawinan saya dibandingkan ibu dan ayah saya ,mereka tetap bahagia hingga sekarang ini. Saya bukan ingin membantah pernyataan tersebut, hanya ingin sedikit berbagi mengenai pernikahan yang kata orang berat.


Disini, dengan penuh sadar saya bisa berkata dengan lantang pun bangga, hingga hari ini saya sangat berbahagia dengan keadaan yang ajaib ini.

Banyak orang berkata miring mengenai kebahagiaan orang, tanpa mereka mampu berpikir bahwa seandainya mereka ada di posisi orang yang berbahagia tersebut bisa saja mereka terjun dari Monas saking bahagianya, atau tertawa tanpa henti seperti pasien sakit jiwa, seperti itulah yang saya rasakan hari ini.

Tapi dalam diam saya sering sekali berkontemplasi mengapa saya bisa merasa sehangat ini dan apakah yang bertambah dalam hidup saya…

ah, ternyata itu "rumah".. :)

Jika merunut hari demi hari, ada masanya kepala mau copot atau hati ingin meledak menghadapi masalah di luar. Tapi ternyata proses pendewasaan memang nyata adanya, masalah berat saya yang dialami mendadak menjadi ringan ketika saya tau, di rumah saya baik-baik saja. Hingga saat ini, rumah tempat saya yang paling nyaman, disitu saya merasa bebas, tenang. Ketika masalah mulai menghujani hari dan air mata mulai jatuh ke pipi, yang saya inginkan hanya pulang ke rumah, lalu mendadak semua baik-baik saja..

Pernikahan tidak membuat masalah menjadi ringan apalagi menghilang, tapi pernikahan menawarkan rumah baru, tempat kita bisa pulang dan melepaskan jengah hari, kemudian seketika merasa semua baik-baik saja.

Pernikahan ternyata tidak menyediakan kebahagiaan tanpa batas, tapi pernikahan memberikan kita ketenangan luar biasa.. Ya ketenganan bernama "rumah"… Baik itu sebuah bangunan, atau hanya lingkar kedua lengan atau hanya sebuah sapaan ringan di Blackberry Messenger. Apapun jenis rumahnya, tapi perasaan pulang itu tetap hangat. Perasaan yang tidak pernah saya rasakan, sehura-hura hore apapun masa muda saya. Perasaan nyaman seperti dekap ibu, perasaan aman karena kamu tau…


kamu selalu punya alasan untuk pulang,
karena kepulanganmu selalu ditunggu,

karena selalu ada orang yang merindukan hadirmu,
karena selalu ada orang yang mencintai tawamu….

Harapan dan Doaku: Ya Allah, Jadikan awalnya rahmat, pertengahannya nikmat dan penghujung hariMu pun seterusnya ini penuh berkat..
Selamat tahun baru 2015,
terima kasih 2014! tahunmu sungguh luar biasa!

Senin, 29 Desember 2014

Just Sharing

Tujuh bulan nikah, banyak sekali hal-hal yang gak terduga bakal aku alami. Di umur yang 24, kayaknya aku udah ngerasain yang orang usia 30an alamin. Gak tau juga sih, perasaan aku doang atau gimana.
Okay,

beberapa hari lalu ketty nanya, jadi Tujuh bulan selama pernikahan aku ini gimana? Biasan yaa, wajar kalau calon penganten pasti ada kekhawatiran-kekhawatirannya. aku juga dulu gitu kok :D. Satu contoh simpel aja yang bisa aku kasih sebagai jawaban waktu itu adalah…

“Marriage is… ketika kamu masuk ke toko baju misalnya. Dan kamu liat ada blazer atau cardigan lucuuuu banget. Yang biasanya tanpa pikir panjang akan kamu beli. Tapi gak setelah nikah, karena di saat yang bersamaan kamu akan mikir ‘kayaknya aku bisa beli dispenser baru’ atau ‘kayaknya mendingan buat beli tupperware atau set masak yang belum ke beli deh buat isi rumah’.” Simple nya sih gitu ya, at least buat aku.

Dua bulan pernikahan, Oya,, sebelum nikah aku udah mempersiapkan diri bahwa pasangan aku akan 10x lipat lebih ngeselin dibanding waktu pacaran.
And guess what?
Ternyata karena aku udah menurunkan lumayan jauh ekspektasi aku, ketika dia gak sebegitu ngeselinnya…aku gak kecewa. that’s the power of “turunin dikit ekspektasi, biar gak frustasi.” Dan selain apa yang aku sebutin di atas..

aku mempelajari satu hal. Yang sebenernya ini keadaan di mana aku kayaknya lagi ‘ditampar’ sama keadaan. Keadaan yang akhirnya ngajarin aku tentang gimana perih dan hampanya kehilangan. aku belajar dari raut wajah Teh Pipik, Istri Alm. Uje. Di mana beberapa saat itu aku lagi kesel-keselnya karena ngerasa suami aku ternyata bisa nyebelin juga selain bikin aku ketawa terus…
Suami aku bisa saja mendadak begitu nyebelin,
bisa saja sering kali Dia gak peka,
bisa saja sering kali Dia lebih asik sama gadgetnya,
bisa saja sering kali Dia gak nyimak apa yang aku omongin,
bisa saja sering kali Dia gak nurutin mau aku apa yang sebenernya,
bisa saja Dia ceroboh,
Dia lupa,
Dia gak habisin makanan yang aku masakin buat Dia,
Bisa saja Dia gak inget hari ulang tahunku,
Dia telat kasih kabar,
Dia ini itu dan sebagainya..

Tapi ketahuilah, senyebelin-nyebelinnya pasangan kita sekarang. Keadaan mungkin aja jauuuuuh lebih nyebelin dan bikin nyesek lagi kalo seandainnya mereka ga ada. Mereka pergi jauh banget, yang kita tau cuma nunggu. Mereka keluar rumah, tapi kita ngga tau apa mereka akan kembali pulang atau ngga. Mereka keluar rumah, ketika pamit kita ngga tau apa aja yang bisa terjadi sama mereka di luar sana. Apa kita bisa cium tangan atau keningnya lagi atau nggak. Dan kita nggak pernah tau.

Bahkan beberapa detik ke depanpun kita ngga pernah tau. So what I’m trying to say here, is… appriciate what you have now. Cause you never know what you’ve got ’till is gone. Let’s hug our beloved ones now

Oyaa,, dan ini aku juga mau sharing aja..
"bahwa Indahnya perkawinan adalah karna banyaknya perbedaan. Dan setelah ijab kobul, bukan berarti 2 orang itu sudah berjodoh. Jika sebelum menikah mencari yang cocok maka ga akan pernah nemu yang cocok . Karna kecocokan hanya bisa diliat setelah adanya pernikahan. Dengan menikah, hidup bersama dan menghadapi banyak masalah pernikahan, maka disitulah tantangan cinta dan kesetiaan yang sebenarnya"

Iya apa tidak? sekarang gini aja. Sudah menikah bukan berarti sudah berjodoh. Karna jodoh atau tidaknya seseorang adalah bagaimana kita bisa menjalani dan mempertahankan sebuah pernikahan sampai maut yang memisahkan dan bukan meja hijau yang memisahkan. Karna menikah itu berarti menyatukan dua isi kepala yang berbeda untuk bisa terus sejalan lurus kedepan dengan beriringan dengan dihujani seribu masalah untuk saling menguatkan. Seribu masalah untuk menguji kesetiaan, ketulusan,  keikhlasan, dan kesabaran. Bohong kalo udah nikah lantas hubungan selalu romantis tanpa masalah.  Justru Allah memberikan ujian masalah dalam setiap pernikahan itu untuk meng-upgrade suatu hubungan. Ibarat sekolah dikasih ujian buat naik kelas dan nambah ilmu. Sama kayak ujian dalam hubungan, kalo lulus yah derajat cinta dan sayang ke pasangan akan semakin tinggi, bukan begitu??

Jadi buat yang mau nikah dan punya sedikit ketakutan kalo nanti nikah bakal gimana2 atau takut berantem2 terus yah buang jauh2 pemikiran kayak gitu. Dan kalo ada yang bilang nikah muda itu malah mempertinggi angka perceraian berarti pemikirannya yang kudu banget di-upgrade kan lagi. Karna umur bukan patokan seseorang itu sudah dewasa atau belom.  Justru dengan menikah seseorang akan dituntut untuk memiliki tingkah laku dan pemikiran yang lebih dewasa

Minggu, 21 Desember 2014

Kita Punya Rumah



Dia di sana, memandangku sembari bersandar pada tubuh tembok.Senyumnya mengembang sedang tanganku terus beberes segala printilan yang belom  ketata rapi.

Dia di sana, memandangku sembari membawa perabot rumah dari dalam mobil pindah ke dalam rumah. Senyumnya mengembang sedang tangan saya masih bergulat dengan sapu dan kemoceng .

Dia di sana, memandangku sembari membiarkan saya bersandar pada tubuhnya. Senyumnya mengembang sedang lenganku semakin erat memeluk.



Yah.. Kita menamai tempat ini rumah,

Tempat kita akan bersandar pulang,









Tempat kita akan tertidur hingga kembali terjaga,

Tempat kita akan berseteru hingga kembali bersatu,
 
Tempat kita akan bercerita hingga kehabisan kata,

Kita akan punya sebuah sofa besar dan springbad di depan televisi

Tempat kita mengejek berita dan berteriak karena bola,

Kita akan punya sebuah meja makan bundar,Tempat kita memutari dunia tanpa perlu mengingkarinya,

Kita akan punya sebuah ranjang persegi dari kayu, Tempat kita menghitung syukur dan menghapus keluh, Tempat kita menutup hari dan berdoa untuk esok pagi,

Kita punya pintu dengan dua ruang untuk dibuka, Tempat kita saling berpamitan dan berjanji untuk pulang setelah urusan usai,

Kita punya rumah, Kamu dan saya terlelap peluk di dalamnya..