Satu
hal yang begitu butuh kesiapan, bukan hanya sebuah keinginan. Dan menurut saya;
Menikah itu..
·
Ketika
kata “rumah” diikuti dengan “kita” bukan “-mu” atau “-ku”.
·
Ketika
jari manis menjadi berbekas, karena cincin yang terlalu ketat..
·
Ketika
tempat tidur single digantikan oleh king size..
·
Ketika
harus berbagi lemari,laci dan rak sepatu..
·
Ketika
tidak ada lagi pilihan “Aku pulang dulu ya” pada waktu berselisih paham..
·
Ketika
tarik-tarikan selimut dan guling adalah ritual setiap malam sebelum tidur ..
·
Ketika
harus berbagi jatah memegang remote tv..
· Ketika
suara dengkuran lirih membuatmu lega karena kau tau dia ada disampingmu..
· Ketika
hal-hal kecil yang dilakukannya bisa membuatmu gila..
· Ketika
hal-hal kecil yang kau lakukan bisa membuatnya gila..
· Ketika
hal-hal kecil yang membuat gila itulah yang paling kau rindukan ketika tidak
bersama..
· Ketika
tidak ada lagi perasaan posesif kekanak-kanakan atau rasa ingin pamer kasih
sayang yang berlebihan..
· Ketika
cinta bukan hanya saja ucapan manis atau perilaku yang berpura-pura..
· Dan
menikah itu.. ketika dua yang saling bertatapan bukan lagi diiringi oleh rasa
nafsu semata, tetapi rasa syukur karna membuat kau paham benar apa itu arti
kata CINTA saat bersamaa..
Sungguh
manis bukan? :D
tapi yang baru saya sadari adalah, saya menikah karena saya ingin. Bukan karena saya betu-betul siap. Itu yang salah, bukan keputusannya.
Banyak hal yang belum saya persiapkan dalam diri saya untuk saya hadapi ke depannya.
Belum siap menerima kalau saya tidak seperti teman-teman lain yang bisa langsung diberi kesiapan untuk hamil dan merasakan masa masa takutnya untuk proses persalinan,
belum siap menerima bahwa saya dan suami terkadang masih tetap harus berjauhan,
belum siap untuk lebih sering minta maaf, lebih sering memilih memaafkan, lebih sering disalahkan, lebih sering untuk patuh daripada memerintah, lebih sering untuk menerima daripada memberi, lebih sering untuk mengurus daripada diurus seperti saat masih lajang dan menjadi tanggung jawab orang tua, lebih sering mendengar daripada berbicara dan lain sebagainya.
ternyata kesiapan adalah sebuah hal besar, lebih besar dibanding yang saya duga,
dan menjadi seorang istri,
adalah sebuah tanggung jawab besar, lebih besar dari ego saya sendiri, lebih besar dari keinginan-keinginan lain. Sebuah hal yang begitu besar, yang ternyata belum saya persiapkan dengan benar.
Ini adalah sebuah awal,
untuk sebuah hal besar yang tidak pernah saya temui dan saya jalanin sebelumnya.
sebuah awal,
untuk melangkah di bawah keikhlasan dan bimbingan orang lain,
Irfan Panji Yuristama
orang yang tengah dipersiapkan oleh Tuhan, yang disesuaikan dengan saya dengan segala kepantasannya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar