Ketika pertanyaan itu saya
tujukan pada diri sendiri, saya pasti terdiam lama. Lalu pikiran saya ke masa
lalu. Mencari cari yang mana saya dan seperti apa bentuk saya. Kembali ke masa
dimana saya masih berlari riang tanpa busana, mengelilingi penjuru rumah lalu
duduk di sembarang tempat. Sedang ibuku mulai kesal mencoba menangkapku. Saya
yang begitu bersih. Kalian bisa melihat dari beningnya mata anak balita mana
yang tidak mencerminkan sucinya mereka
Dulu saya belum tau apa itu dosa? Bahkan ketika
manusi lain memperlakukan saya dengan salah, saya tidak akan mengharapkan maaf
dari mereka. Saya tidak mengenal maaf, tak banyak yang saya ingat dari masa
masa itu. Masa ketika saya bahkan tak bisa menyebut “Mbak Nensi” dengan benar,
nama kakak kandung saya
Hingga kemudian datang saya yang sekarang. Yang telah
kerap terluka dan melukai. Yang tak lagi dapat berlari kesana kemari tanpa
busana. Walau saya kini telah mampu menyebut “Mbak Nensi” dengan benar, tak
lantas saya mampu hidup lebih baik dari anak yang dulu bermata bening itu. Anak
yang duduk di lantai sembarangan, yang dengan bangga menaiki troli yang di
dorong ibunya ketika belanja, yang kerap meminta untuk di buatkan mainan kapal
dari kertas oleh ayahnya. Siapa saya yang sekarang, tentunya berawal dari
berkulit coklat dan bermata bening besar itu. 23 tahun lalu dia tidak dengan
begitu saja lahir di dunia. Dia lagi lagi ada di atas nama cinta ayah dan ibu
nya, sungguh manis bukan J
Kemudian renungan panjang saya jalani. Bahwa begitu
banyak yang telah terjadi pada diri saya dan hidup saya. Yang dulu hanya sebuah
rengekan kecil sekarang menjadi tangisan semalam suntuk. Yang dulu hanya tau
sayang pada ayah ibu dan sodara kandung nya kini mulai mengenal sayang pada
sahabat, dan bahkan sayang pada sosok seorang Irfan... Aneh,tapi hidup memang
sedemikian aneh untuk di katakan normal
Isi mimpi pun sekarang mulai berbeda. Saya tentu saja
tak perduli pada bunga tidurku dulu. Saya akan tidur dengan kantuk yang nyata
dan terjaga di tengah basah kasurku yang terkena ompol. Tapi kini tertidur pun
saya harus menunggu kantuk, terjaga pun dapat dengan mudah di ambil kegalauan.
Hidup menjadi tak lagi dengan begitu mudah dapat saya lewati. Entah kemana saya
yang dulu pergi, entah kemana “kemudahan” yang dulu terpatri di dalam hari. Dan
kini, saya dewasa lebih sulit mencari
alasan untuk tertawa. Acap kali pandai membuat senyum palsu. Tapi tetap tidak
sabaran pada segala sesuatu yang menyulitkan. Saya yang sekarang, lebih mudah
menyerah pada ketidak mampuan. Mana teriakan “aku mau! Aku mau!” yang dulu
selalu muncul disetiap kesempatan yang di tawarkan. Manusia dewasa entah
mengapa begitu pengecut
Ya, walau tidak semua. Bagi mereka yang hidup nya
selalu baik baik saja. Tapi mana ada manusia yang selalu merasa baik baik saja.
Bahkan ketika mereka memiliki segalanya. Saya bahkan mengakui menjadi manusia
yang terkadang malas untuk mengucap syukur.
Kita menganggapnya manusiawi, kita memaklumi hal yang nyatanya salah dan
menjadikannya bukan lagi sesuatu yang salah. Ya itu lah saya yang sekarang.
Penuh kekurangan, penuh penyangkalan
Saya hanyalah perempuan biasa, yang bahkan tidak suka
banyak hal yang orang lain suka. Yang tetap banyak menangis dan meratap. Tetap
banyak kecewa dan kembali berharap. Banyak mengingkari dan kembali berjanji.
Saya tetap seperti manusia umumnya. Mencoba bangkit dari banyak kegagalan,
mencoba percaya setelah dengan nyata di tinggalkan..
Lalu siapakah saya, Saya bahkan sedang terus mencari
jawabannya. Entah di lembar sebelah mana buku hidup saya ini. Atau mungkin
sebenarnya kita tau pasti diri kita hanya tak ingin mengungkapkan yang
sebenarnya. Karena begitu takut dengan kebenaran. Saya kadang berfikir,
bagaimana jika selama 23 tahun ini, saya bahkan belum pernah menjadi diri saya
sendiri. Hingga lupa bentuk asli yang sebenarnya. Oleh karena nya menjawab pertanyaan
pertanyaan sependek “siapa kamu?” saja saya butuh belembar lembar kertas
semacam ini. Dan membiarkan kalian semakin panjang membaca.
Yang saya tau, Saya adalah perempuan yang begitu
mudah untuk menangis ketika melihat atau mendengar sesuatu yang menyedihkan.
Yang saya tau, Saya begitu benci teriakan dan kekerasan. Yang saya tau, Saya
tidak suka asap rokok juga kebohongan yang di sengaja. Saya tidak suka
pengkhianatan, perselingkuhan, dan kawan kawannya. Dan lagi lagi, ada beberapa
bagian dalam diri saya mungkin yang mirip dengan kamu. Karena nyatanya kita
sama manusia.
Saya yang sekarang adalah perempuan yang ingin
memiliki sesuatu yang dapat dibaca orang lain. Yang ingin menikah dengan
seorang pria baik hati dan ingin menjadi seorang ibu yang sehat untuk anaknya
kelak. Yang ingin menemukan cinta sejatinya dengan jalan yang biasa saja. Yang
tidak pernah berharap menjalani kisah yang ciderella alami pada waktu itu. Tapi
tetap ingin menikah dengan gaun cantik serta memiliki pria yang tampan dalam
versinya, manis bukan.. :)
Saya yang sekarang adalah sesuatu yang rapuh walau
tak juga patah. Yang sedang mencoba sebisa mungkin berdamai dengan masa lalu
nya yang tidak semua bagiannya baik. Yang ingin di kasihi secara tulus dan
mengasihi kembali dengan utuh. Yang tak pernah ingin sama sekali berbohong jika
saja bisa.
Saya yang sekarang adalah anak perempuan ke dua
ayahku.. Mempunyai kakak perempuan dan seorang ibu yang baik hati. Saya adalah
siapa mereka panggil anak, adik, sahabat, dan pacar mungkin. Dan saya adalah
perempuan yang mencintai pria yang mau mencintai saya kelak. Saya tak pandai
matematika dan benci logaritma. Suka bernyanyi tanpa tau nada, dan masih tetap
suka mencela orang lain yang berpakaian tidak sesuai selera saya
sendiri.padahal itu sama sekali bukan urusan saya
Terima kasih Tuhan, karena Kau biarkan saya mempertanyakan
pertanyaan ini pada diri saya sendiri. Lalu kemudian saya kesulitan
menjawabnya. Saya tau Kau sedang tersenyum membaca jawaban ini :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar