Selasa, 22 Oktober 2013

Ya... Apalah Saya ini


Saya begitu benci pada mereka yang menyatakan penyesalannya setelah menyakiti dan mengecewakan saya dengan begitu keterlaluan. Bagaimana bisa kamu meninggalkan seseorang, lalu menyakitinya, dan melakukan keduanya hanya untuk menyesal? Bukankah yang demikian terlalu buruk untuk di terima? Apa gunanya manusia punya akal dan hati? Bila tidak dia gunakan untuk berpikir dan merasa sebelum dia bertindak dan bicara? Sungguh saya tak apa di sakiti asal setelah menyakiti saya, orang tersebut benar bisa mendapatkan apa yang dia harapkan, mendapatkan apa yang mungkin tidak bisa dia temukan di dalam diri saya. Tapi bila suatu ketika dia menyesal, bisakah dia simpan penyesalan itu sendiri?
            Seharusnya, ketika seseorang berani bertindak salah, dia pun harus berani kalah. Bila dia seketika merasa menyesal, maka ceritakanlah penyesalan tersebut pada Tuhan. Tidak semua manusia, suka mendengar penyesalan. Saya tidak melalui hal buruk atau perasaan buruk hanya untuk mendengar penyesalan dari mulut seseorang yang dengan penuh kesadaran telah memilih untuk mengecewakan saya
            Saya tidak mengatakan bahwa manusia tidak boleh menyesal. Penyesalan adalah bagian dari hidup. Tapi bagi saya, penyesalan tidak akan menyembuhkan apa apa untuk saya yang mengecewakan. Jadi simpanlah saja penyesalanmu, bila kamu merasa telah mengecewakan saya. Untuk orang lain, itu terserah padamu, tapi tidak pada saya.
           
Saya bisa hidup hanya dengan tersenyum dan menerima senyum. Saya tengah  hidup dengan seseorang yang tidak pernah bosan tersenyum pada saya dan tidak mudah marah untuk perdebatan sepele kami,  sungguh saya bertahan seberapa pun hidup begitu sulit setelahnya. Saya tidak butuh uang banyak. Jelas saja saya pun juga tidak ingin hidup miskin, tapi rasa miskin hanya akan datang pada orang yang malas. Banyak kok mereka yang di pandang miskin, tapi justru merasa hidup begitu berkecukupan. Karena mereka bekerja keras, mereka selalu menghargai seberapa pun sedikit rupiah yang mereka miliki. Bukan justru menghujat Tuhan dan nasib, bukan justru meminta minta dan merasa cukup hina untuk melakukannya
            Jelas saja saya juga ingin memiliki pasangan yang mampu menyekolahkan anak anak kami sampai mereka kelak pun mampu menyekolahkan anak anak mereka. Tapi saya tidak pernah ingin menjadikan harta sebagai sesuatu yang harus saya kumpulkan agar saya semakin kaya. Mati pun, saya hanya di balut dengan kain. Dan hanya akan menjadi sesuatu yang hilang sendirian. Boro boro sempat membawa serta selogam uang. Di telanjangipun saya sudah tak bisa menutupi tubuh saya sendiri.
            Jadi apa yang penting untuk saya kumpulkan di dunia yang kelak tidak akan ikut pergi bersama saya ini? Bagi saya tidak ada yang lebih penting kecuali mengumpulkan kebaikan, juga mengumpulkan senyum dari hai hati yang tulus menyayangimu :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar