Senin, 13 Januari 2014

Kepadamu, Aku bersedia ..


Untuk kamu, masa depanku.
Setelah berbincang dengan hati dalam bahasa cinta. Aku mengundangmu ke dalam hidupku. Saat kamu datang, aku akan menjamu dengan kesungguhan agar kamu merasa betah.
Pertemuan kita adalah sebuah skenario indah yang telah dirancang Tuhan.
Dentum demi dentuman jam berhasil kita nikmati. Hari demi hari pun telah kita lewati. Kini, aku sudah yakin untuk memesan satu hari yang sakral untuk bersumpah setia di meja penghulu di hadapan Tuhan..
Segenap keyakinanku bahkan akan menjamu ahli-ahli doa paling mujarab, sang perantara janji setia yang akan meng-Aamiin-i kisah kita.
Akan ada cincin yang selalu ingin meninggalkan bekas warna kebiruan tepat di jari manisku dan jari manismu.
Kamu akan ingat saat ayah menjabat tanganmu untuk menikahkan putri tercintanya? Meski wajahnya terlihat sendu haru, namun tangannya mantap menggenggam tanganmu, dia bersemangat memikul kepercayaannya. Kepada laki-laki yang nantinya membuatku bangga menjadi seorang wanita, dia memintamu melanjutkan tugasnya.
Nanti, kamu akan ingat saat ibu merestui kita. Dalam air mata bahagia, ibu memintaku setia kepadamu melebihi hidup. Dengan matanya yang sembab, dia terus memandangi masa depanku, kamu, lelaki yang akan bersamaku dalam suka maupun duka, yang akan melindungiku dibawah tanganmu. Dia menyerahkan putrinya, separuh nyawanya, kepadamu.
Saat nanti aku berdiri disisimu, tugasku adalah melengkapimu sebagai ‘tulang rusukmu’. Namun saat kamu tidak disampingku, tugasku adalah tetap setia dan menunggu kepulanganmu. Itulah tugasku. Karena aku adalah harga dirimu.
Kamu, calon Ayah bagi anak-anakku. Benih segala keindahan kelak tertanamkan di dalam rahim wanita yang terlalu sederhana ini. Aku hanya bisa memberikan keseluruhanku untuk menjadi sebagian dari hidupmu.
Nanti, aku akan tetap mencintaimu. Meskipun kita melewati ratusan musim purnama, namun tatapan kita akan tetap setia melihat garis-garis wajah yang berubah menjadi keriput tipis. Angka-angka tua mulai membelai rambut yang sudah putih bersama masa.
Nanti, aku akan tetap mencintaimu. Meskipun tubuhmu tak lagi bisa tegap berdiri, tatapan matamu berubah sayu juga layu, dan rambutmu mulai memutih. Namun, kamu masih akan menjadi pria tertampan yang ditangkap oleh retina mataku.
Nanti, aku akan tetap mencintaimu. Meskipun kamu jatuh kepayahan, meski kamu dalam kesusahan, meski dihantam bertubi-tubi badai cobaan. Aku akan tetap setia mendampingimu sebagai besarnya kecintaanku pada Tuhan.

Harapan penuh,
Kepadamu, aku bersedia :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar