Seandainya saja kita tak pernah bertemu, tak saling kenal dan tak
memutuskan untuk menjalin hubungan. Jika dulu kamu tak bernyali untuk menyapa
dan akhirnya datang ke rumahku untuk
menemuiku, mungkin cincin di jari manisku ini tak berukir namamu By. Dan
sampai pada akhirnya kita berjabat tangan untuk yang pertama kali. Lalu duduk berhadapan saling melempar senyum untuk
sekedar menghilangkan kecanggungan. Saling memandang, saling melempar tanya dan
saling diam sampai akhirnya saling mengenal.Kita begitu larut dalam pembicaraan
yang tak penting, sekadar obrolan ringan untuk membunuh rasa gugup dalam
kesenyapan.Setelah kepulanganmu antara yakin dan tidak yakin terselip tanya
dalam benakku. Mungkinkah kamu adalah sosok pria yang serius dalam menjalani
hubungan.
Kehendak Tuhan Subhannallah.., kita bertemu untuk kedua kalinya kamu datang
ke rumahku sendiri dan waktu hampir sama.Di saat itulah seolah-olah kita mulai
menemukan sesuatu yang menarik hati masing-masing. Mungkin perasaan suka, atau
mungkin perasaan cinta. Tak pernah terfikir olehku bertemu sosok kamu, ditengah
rasa kecewa yang (lagi-lagi) datang melanda. Tak pernah terbayangkan
sebelumnya, berawal dari pertemuan iseng yang tak yakin akan berujung dengan
pacaran akhirnya malah akan berakhir di pelaminan. Tangan yang dulu kamu
gunakan untuk menjabat tanganku sewaktu berkenalan akhirnya akan kamu gunakan
untuk menjabat tangan Ayahku pada akad kita nanti. Siapa yang sangka? Aku-pun
tidak pernah menyangka. Ini terlalu indah, bagiku ini seperti dongeng. Tapi ini
nyata. :)
Apa ini CINTA…? Iya, ini cinta. Aku tau ini cinta, saat aku sendiri yang
merasakannya. Aku tau ini cinta, saat aku yakin bahwa kamu adalah satu-satunya
sosok yang ku inginkan untuk menghabisakan sisa hidup bersama. I know it’s
love, when I’m with you I feels “Home”. I know it’s love, love is meeting you….
:)
Kisah yang berawal dari perantara perkenalan oleh sepupuku, hingga pesan
singkat hingga saling mengingatkan untuk makan melalu Blackberry Messenger,
atau sekadar memberi ucapan selamat pagi dengan sedikit mesra, ketika terbangun
dari tidur. Layaknya cerita romansa dalam sinetron, akhirnya kita resmi
pacaran. Dan seiring berjalannya waktu. Detik demi detik, jam demi jam, hari
demi hari sampai bulan demi bulan yang telah kita lewati. Aku semakin yakin,
kamu memang yang terbaik untukku.
Sempat? berfikir tak mau lagi merasakan jatuh cinta dan menjalani suatu
hubungan karena seringnya mengalami kekecewaan?
Pernah? benar-benar pasrah pada pahitnya takdir dan semua keputusan (tidak adil) Tuhan?
Pernah? ingin mencuci otak sendiri dari ingatan-ingatan pahitnya masa lalu?
Pernah? benar-benar pasrah pada pahitnya takdir dan semua keputusan (tidak adil) Tuhan?
Pernah? ingin mencuci otak sendiri dari ingatan-ingatan pahitnya masa lalu?
Pernah meragukan bahwa ternyata semesta itu hebat?
Itu masa-masa kelam sebelum Januari 2013. Sampai akhirnya kamu datang.
Satu-satunya sosok yang mampu mewarnai lagi hari-hariku seindah masa kecil
dulu, dimana belum pernah sedikitpun merasakan apa itu rasa “sakit” karena
kekecewaan. Dan satu-satunya sosok pria hebat yang membuatku yakin, bahwa
didepan sana, masa depan indah telah menunggu untuk kita raih bersama.
Sejujurnya, sejak pertama kali kita bertemu, aku sudah jatuh cinta pada
kedua bola matamu yang bening, lembut namun tajam. Seperti laut yang tengah
berdoa. Terkadang, diam-diam aku menciptakan puisi yang terlahir dari tatapan
matamu. Lebih dari itu, aku suka saat kamu menggenggap tanganku, yang
seolah-olah menunjukan pada dunia, bahwa aku milikmu. Untuk tidak lupa selalu
mencium keningku ketika kepulanganmu..Layaknya sepasang remaja yang baru
mengenal cinta, seolah-olah dunia ini hanya milik kita berdua yah.. Siapa yang
mengira kita mempunyai hobi yang sama, kebiasaan yang sama, dan cara memandang
hidup pun sama. Di temani 1 gelas teh hangat dan sarapan di pagi hari, kita
akan selalu membicarakan masa depan. Itulah ungkapan cinta milik kita.
Di dalam masa indah saat bersamamu yang tak pernah bisa akan terlupa.
Pandangan matamu selalu membuatku mematung tak berdaya, dengan segenap cinta
aku bertanya; “Tuhan, diakah masa depanku? Jika iya, biarkan aku selalu
menikmati wajahnya setiap hari, sepanjang waktu sampai aku tutup usia.”
Dan Tuhan menjawab doaku… kemudian saya tidak tau lagi harus
berkata apa......
Dear calon imam… Aku cinta kamu, segalaku :)
* 10 Januari 2014 *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar