Ternyata mengikuti skenario dariMu
cukup membuat langkah ku menjadi sedikit lebih ringan. Jalani saja, Ta’ mungkin
juga Kau ta’ memberi titik di akhir cerita ini nantinya. Dan tidak mungkin Kau
membawa saya sejauh ini kalau ta’ ada akhir yang membahagiakan.. Ta’ mungkin
hanya berujung dengan koma kan Tuhan? Indah ataupun susah, kita lihat saja
nanti. Cerita ini kali pertama yang saya rasa, berkutat dengan “jarak”..
Tuhan saya sama seperti anak
perempuanMu yang lain. Yang terkadang meneteskan bulir air mata ketika rindu
sudah ta’ sanggup lagi terbendung. Saya penikmat kesendirian memang, tapi bukan
berarti saya ta’ butuh genggaman tangan yang erat ketika berjalan, pelukan menguatkan ketika ku
rasa rapuh.. Dan saya membutuhkan sosok nyata yang nantinya bisa ku usap
peluhnya seusai bekerja J
Dia yang sekarang kau kirim untuk
menjadi seorang partner ku, sahabat ku untuk berbagi tawa, My worst enemy
ketika berbeda pendapat, sejawat terhebat ku ketika berdiskusi, dan jagoan
terhebat ketika ku lemah; adalah sosok yang cukup tepat. Memaklumi kesalahan
saya di masa lalu. Sosok yang mampu menggenapi kekurangan saya walaupun saya
sendiri acap kali ta’ yakin untuk dia bisa menggenapinya. Setidaknya dia cukup
manis :*
Tuhan kali ini Kau memilihkan dia
sosok yang tepat, saya ta’ lagi perlu menyembunyikan genggeman tangan di balik
punggung karna dia sudah selalu ada. Dan saya ta’ lagi harus menahan emosi
memaklumi posisi..
Tinggal satu saja yang masih belum
Kau rubah dari cerita ini Tuhan.. “Jarak”. Maaf kalau saya masih saja mengeluh.
Mungkin saya adalah anakMu yang paling banyak maunya..,Saya Cuma ta’ ingin
persediaan sabar dan bendungan rinduku meluap lalu habis begitu saja karena
jarak yang terbentang. Dan tentu saja Kau ta’ mau kan kalau saya nantinya harus
menangis merutut nasibku dan lagi-lagi marah dengan ribuan sumpah serapah. Saya
takut menumpuk banyak lagi dosa dengan keluhan ku padaMu.
Jadi Tuhan, Mengapa ta’ Kau lipat
saja jarak 135 cm ini, agar sempurna ku
rasa bahagia :O)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar