Setiap kali menulis
biasanya saya tidak memikirkan apapun di detik itu. Maksud saya, tidak
memikirkan soal hal hal yang sedang terjadi saat itu. Biasanya saya justru
terngiang hal hal yang telah atau saya bayangkan kelak akan terjadi. Mungkin
itu adalah salah satu dari sejuta alasan yang bisa saya sebutkan bila seseorang
bertanya pada saya; Hey ketty, kenapa kamu suka menulis?
Karena menulis memberi
saya banyak kesempatan untuk mengingat atau memimpikan banyak hal dengan cara
yang lebih baik. “ For me, writing is like breathing an extra lung.
And as it’s seen with the ekstra eyes inside my heart”
Agak drama terbaca tapi
kenyataannya ya memang begitu. Saya melewati banyak masa masa berat, sangat
berat sampai rasanya saya sering merasa sesak di dada. Tapi menulis, memberi
saya kesempatan untuk bernafas dengan ruang yang lain. Ruang lapang yang di
penuhi pepohonan rindang, juga bunga bunga menjuntai dari akar akarnya yang
menggelantung. Saya menemukan ruang baru, ruang pribadi saya. Yang mampu
menyimpan perasaan perasaan saya dalam jajaran huruf hurufnya.
Menulis pun, membuat saya
seperti memiliki mata di dalam hati saya; Menulis mengajarkan saya untuk dapat
melihat apa yang tidak saya lihat ketika saya melihat sesuatu hanya dengan mata
kepala . Karena saat saya menulis, saya kembali memikirkan hal hal yang akan
saya tulis. Dan biasanya ada banyak hal yang sebelumnya luput saya
ketahui,bahkan menjadi mampu saya pahami. Melihat segala hal dari sisi yang
kerap diabaikan oleh penglihatan semata.
Dan kalaupun tulisan saya
terbaca baik dan banyak dari kalian yang menyukainya, bahkan tergugah karenya.
Itu hanyalah bonus spesial dari Tuhan. Apalah saya tanpa Tuhan? J
Acap kali saya merasa
sebagai tempat curahan hati dan keluh kesah teman, sahabat, rekan kantor.Dan
apa mereka juga memikirkan bahwa saya juga mempunyai banyak hal yang kadang
saya sendiri masih belum mampu untuk mendeskripsikan ke siapapun kecuali dengan
Tuhan. Kita bukan robot yang gak punya perasaan kan? Kita juga buka manusia
super yang tahan banting di setiap keadaan, yang punya nyawa 7, yang gak jadi
mati tiap udah nyaris mati,bukan seperti itu..
See that?
Mau
tinggal di kota,mau tinggal di ujung desa macam saya. Mau kaya mau miskin. Mau
pandai,mau bodoh. Semua orang selalu punya peperangannya sendiri sendiri. Di buku the fault in our stars, John Green bahkan
menggambarkan kalau penderita kangker adalah seseorang yang sedang memerangi
dirinya sendiri. Karena kangker adalah bagian dari dirinya.Karena sel kangker
itu hidup di dalam dirinya, bahkan kita yang tidak punya penyakitnya pun
sebenarnya punya bakal sel tersebut di dalam tubuh kita. Dan kangker ingin
hidup. Maka, kematian bukanlah berarti kalahan dalam peperangan ini. Karena
siapapun yang menang, mereka adalah satu dari setiap bagiannya yang lain.
“Sometimes it’s too bad, but it’s life”
Terkadang,
hidup tidak memberimu pilihan perang seperti apa yang akan kamu hadapi. Tapi,
menghadapinya bukanlah suatu pilihan. Kita sudah seharusnya melakukannya, agar
ada yang akan terlewati, agar ada yang selesai, agar ada yang kita temukan,
agar kita bisa sampai pada lembar terakhir..Agar kita bisa menutup buku.
Baik
atau buruk hasil akhir ceritanya bukanlah pointnya. Tapi keberanian menghadapi
setiap lembarannya akan selalu jadi bagian baik dalam cerita kehidupan yang
sanggup kita tulis.
Jadi, jangan pandai
mengeluh.. Karena mereka tidak akan membawamu ke mana mana, selain kepada keterpurukan
yang berkepanjangan dan kemrosotan imanJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar