“akan ada hari.. dimana Allah menjadi
saksi. saat kau lingkarkan ikatan suci Mitsaqan Ghaliza dijariku yang kau
pilih, walau aku tak sesempurna istri sang nabi.”
beberapa penggal kalimat yang saya buat
itu saya yakini bahwa dalam sebuah pernikahan akan ada kebaikan yang banyak.
itu janji Allah.
Mitsaqan Ghaliza, sebuah kalimat yang
memiliki arti sangat sakral, yaitu perjanjian yang kokoh. sebuah perjanjian
pernikan antara suami istri. suatu perjanjian yang agung dan berat. seberat
pengorbanan seorang suami terhadap istrinya. karena saat Ijab Kabul terucap,
langit Arsy-Nya seolah berguncang karena beratnya perjanjian dan tanggung jawab
yang dibuatnya di hadapan Allah dengan disaksikan para malaikat yang diaminkan
oleh seluruh hamba Allah yang menjadi saksi.
maka jikapun seorang istri mampu menghisap
darah dan nanah dari hidung suaminya, itu belum cukup untuk menebus semua
pengorbanan yang telah diberikan seorang suami kepada istri. maka tidak heran,
jika Allah meletakkan Surga seorang istri di keridhoan suami. jangankan
memasuki surga, mencium bau surgapun Allah tak akan izinkan jika seorang istri
durhaka kepada suaminya. dan di akhirat nanti, suamilah yang bertanggung jawab
atas istri dan anak-anak wanitanya di hadapan Allah kelak. sebegitu beratnya
pengorbanan dan tanggung jawab menjadi seorang suami.
“Tidak dibenarkan manusia sujud kepada
manusia, dan kalau dibenarkan manusia sujud kepada manusia, Allah akan
memerintahkan wanita sujud kepada suaminya karena besarnya jasa ( hak) suami
terhadap istrinya.” (HR. Ahmad)
saking sakralnya, dalam Al-qur’an, kalimat
Mitsaqan Ghaliza sendiri hanya disebutkan Allah sebanyak tiga kali.
1) saat Allah membuat perjanjian dengan para Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. (Al-Ahzab 33:7)
2) saat Allah mengangkat bukit Thur di atas kepala bani Israil dan menyuruh mereka bersumpah setia pada Allah. (An-Nissa 4:154)
3) saat Allah menyatakan hubungan pernikahan. (An-Nissa 4:21)
1) saat Allah membuat perjanjian dengan para Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. (Al-Ahzab 33:7)
2) saat Allah mengangkat bukit Thur di atas kepala bani Israil dan menyuruh mereka bersumpah setia pada Allah. (An-Nissa 4:154)
3) saat Allah menyatakan hubungan pernikahan. (An-Nissa 4:21)
“dan bagaimana kamu akan mengambilnya
kembali padahal kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai suami istri) dan
mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat ( ikatan
pernikahan) dari kamu.” (An-Nissa 4:21).. satu perjanjian yang kuat, Mitsaqan
Ghaliza yang telah mengikat dua jiwa. maka sebuah amanahpun telah diemban oleh
dua anak manusia yang telah berjanji di hadapan Allah, untuk menjadikan ini
sebagai sebuah pernikahan yang diberkahi sakinah mawaddah warahmah.
Menikah.. apa saya ingin menikah? iyah,
saya ingin menikah untuk menyempurnakan sebagian iman dan agama saya, saya
ingin memiliki anak, memiliki seseorang yang terus bersama dalam suka dan duka
sampai menutup mata, juga untuk membahagiakan orang tua. setelah semua yang
telah mereka lakukan untuk saya dan untuk seratus juta lainnya. i owe them
everything, i got money, affection, attention, loves! kebahagiaan orang tua,
bukan hanya diukur dari sebesar apa materi yang telah kamu beri untuk membalas
mereka. bukan itu. sesungguhnya bukan seberapa banyak materi yang bisa kamu
beri kepada orang tua yang dinilai Allah. tapi sebuah kebahagiaan dari dalam
hati yang tak terukur oleh materi. sebuah air mata yang mengalir indah dari
sepasang mata ayah dan ibu. sebuah kebanggan yang amat teramat bisa
mengantarkan putra kesayangan menuju pelaminan, juga sebuah rasa haru yang
teramat bisa menyerahkan dan menikahkan putri tercinta dengan seseorang yang
telah dipilihkan Allah untuk menggantikan tugas mulianya sebagai seorang Ayah
kepada seorang pria yang akan menjadi suami putri tercintanya. dan ibu, adakah
pemandangan yang paling indah di muka bumi ini selain melihat tangis harunya
karena melihat putra putri kesayangannya bersanding bahagia di altar pelaminan?
lalu, dengan siapa saya akan menikah?
sebuah pertanyaan yang meluncur dengan polosnya di setiap penghujung doa yang
selalu dipanjatkan. siapa jodoh saya? kapan Allah akan mendatangkannya? maka
dalam penantian, hati hanya bisa berucap; ya Allah. tolong dekatkan jodoh saya.
jika sudah dekat, tolong tunjukkan. jika sudah ditunjukkan, tolong dimudahkan..
seiring berjalannya waktu. juga beribu
halangan dan rintangan yang harus dilalui dalam perjalan hidup saya hanya untuk
menemukan tambatan hati sebagai tujuan persinggahan terakhir, saya seperti
tidak percaya, bahwa hanya tinggal menghitung hari, saya akan melakukan
“perjanjian suci” itu dengan seseorang yang telah Allah pilihkan sebagai Imam
hidup saya.
sampai saat ini pun, saya seperti tidak percaya, bahwa saya akan melakukan pernikahan. sebuah peristiwa sakral yang akan membawa dampak yang besar untuk kehidupan saya. sebuah perubahan pola hidup yang sebelumnya hanya menjadi putri kecil bagi Papa dan mama, seorang gadis lembut nan manja yang terpuaskan oleh limpahan kasih sayang orang tuanya. dan hari-harinya pun dihabiskan bersama keluarga tercinta dirumah yang amat teramat nyaman. rumah yang penuh dengan kenangan semasa kecil. dan tiba-tiba, dia harus berubah menjadi wanita dewasa yang tangguh. menjadi seorang istri, dan ibu yang baik bagi suami dan anak-anaknya. sebuah Tugas Mulia dari Allah yang telah diamanahkan untuk para wanita. mengabdikan hidup hanya untuk suami dan anak-anaknya. keluarga kecilnya.
jika mengingat kembali bagaimana saya bisa
bertemu dengan tambatan hati calon imam saya kini. rasanya hati seperti
tersentak. iya, sebut saja ini miracle of jodoh. hanya yang percaya yang
mengerti. bagaimana gunung bisa bertemu dengan laut, bagaimana bisa air tawar
bersandingan bersebelahan dengan air asin namun tidak tercampur, bagaimana Adam
akhirnya bisa kembali bertemu dengan Hawa. begitupun dengan saya, bagaimana
akhirnya Allah mempertemukan kami berdua. ada rahasia Allah di balik skenario
kehidupan yang telah dibuat-Nya, Sang Perancang kehidupan terbaik. bagaimana
dua hati yang tak saling tau ini berjodoh dengan yang itu, yang itu berjodoh
dengan yang ini akhirnya saling bertautan dan terikat hingga menciptakan sebuah
simpul yang kokoh, yaitu pernikahan.
jika ditanya, apa tidak takut salah pilih?
apa yakin serasi? setia sampai akhir? yang pasti, yang saya yakini kini hingga
nanti. dari awal, saya menyerahkan sepenuhnya jodoh saya pada Sang Pencipta
Hati, dan jika kini Dia telah memberinya dihadapan saya, maka itulah yang
terbaik yang diberi-Nya untuk saya. tidak ada lagi yang harus saya takuti, tak
ada yang perlu dibimbangi. karena hanya Dia yang tau apa yang terbaik untuk
masa kini dan masa depan bagi hamba-hamba-Nya. sedangkan kita manusia? adalah
hamba-Nya yang serba tidak tau..
untuk kamu, calon imamku.
terima kasih untuk bersedia menyempurnakan agamaku. terima kasih untuk tidak berlama-lama membiarkan tulang rusukmu ini terombang ambing di dermaga yang salah. terima kasih untuk mau menjadi pintu Surgaku. Dan juga terima kasih untuk pengorbananmu nanti yang bersedia ber-Mitsaqan Ghaliza (berjanji dan bersumpah) di hadapan Allah dengan disaksikan malaikat- malaikatnya..
di Tujuh Belas Mei nanti, di bawah kaki langitNya akan ada seorang wanita yang mengemban amanah suci untuk menjadi manunggalmu ( belahan jiwamu) hingga akhir nanti.
terima kasih untuk bersedia menyempurnakan agamaku. terima kasih untuk tidak berlama-lama membiarkan tulang rusukmu ini terombang ambing di dermaga yang salah. terima kasih untuk mau menjadi pintu Surgaku. Dan juga terima kasih untuk pengorbananmu nanti yang bersedia ber-Mitsaqan Ghaliza (berjanji dan bersumpah) di hadapan Allah dengan disaksikan malaikat- malaikatnya..
di Tujuh Belas Mei nanti, di bawah kaki langitNya akan ada seorang wanita yang mengemban amanah suci untuk menjadi manunggalmu ( belahan jiwamu) hingga akhir nanti.
Bismillah :)
subhanallah...mencerahkan..mohon ijin cp trims
BalasHapus