Jumat, 02 Mei 2014

Mitsaqan Ghaliza


“akan ada hari.. dimana Allah menjadi saksi. saat kau lingkarkan ikatan suci Mitsaqan Ghaliza dijariku yang kau pilih, walau aku tak sesempurna istri sang nabi.”
beberapa penggal kalimat yang saya buat itu saya yakini bahwa dalam sebuah pernikahan akan ada kebaikan yang banyak. itu janji Allah.
Mitsaqan Ghaliza, sebuah kalimat yang memiliki arti sangat sakral, yaitu perjanjian yang kokoh. sebuah perjanjian pernikan antara suami istri. suatu perjanjian yang agung dan berat. seberat pengorbanan seorang suami terhadap istrinya. karena saat Ijab Kabul terucap, langit Arsy-Nya seolah berguncang karena beratnya perjanjian dan tanggung jawab yang dibuatnya di hadapan Allah dengan disaksikan para malaikat yang diaminkan oleh seluruh hamba Allah yang menjadi saksi.
maka jikapun seorang istri mampu menghisap darah dan nanah dari hidung suaminya, itu belum cukup untuk menebus semua pengorbanan yang telah diberikan seorang suami kepada istri. maka tidak heran, jika Allah meletakkan Surga seorang istri di keridhoan suami. jangankan memasuki surga, mencium bau surgapun Allah tak akan izinkan jika seorang istri durhaka kepada suaminya. dan di akhirat nanti, suamilah yang bertanggung jawab atas istri dan anak-anak wanitanya di hadapan Allah kelak. sebegitu beratnya pengorbanan dan tanggung jawab menjadi seorang suami.
“Tidak dibenarkan manusia sujud kepada manusia, dan kalau dibenarkan manusia sujud kepada manusia, Allah akan memerintahkan wanita sujud kepada suaminya karena besarnya jasa ( hak) suami terhadap istrinya.” (HR. Ahmad)
saking sakralnya, dalam Al-qur’an, kalimat Mitsaqan Ghaliza sendiri hanya disebutkan Allah sebanyak tiga kali.
1) saat Allah membuat perjanjian dengan para Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. (Al-Ahzab 33:7)
2) saat Allah mengangkat bukit Thur di atas kepala bani Israil dan menyuruh mereka bersumpah setia pada Allah. (An-Nissa 4:154)
3) saat Allah menyatakan hubungan pernikahan. (An-Nissa 4:21)
“dan bagaimana kamu akan mengambilnya kembali padahal kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai suami istri) dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat ( ikatan pernikahan) dari kamu.” (An-Nissa 4:21).. satu perjanjian yang kuat, Mitsaqan Ghaliza yang telah mengikat dua jiwa. maka sebuah amanahpun telah diemban oleh dua anak manusia yang telah berjanji di hadapan Allah, untuk menjadikan ini sebagai sebuah pernikahan yang diberkahi sakinah mawaddah warahmah.
Menikah.. apa saya ingin menikah? iyah, saya ingin menikah untuk menyempurnakan sebagian iman dan agama saya, saya ingin memiliki anak, memiliki seseorang yang terus bersama dalam suka dan duka sampai menutup mata, juga untuk membahagiakan orang tua. setelah semua yang telah mereka lakukan untuk saya dan untuk seratus juta lainnya. i owe them everything, i got money, affection, attention, loves! kebahagiaan orang tua, bukan hanya diukur dari sebesar apa materi yang telah kamu beri untuk membalas mereka. bukan itu. sesungguhnya bukan seberapa banyak materi yang bisa kamu beri kepada orang tua yang dinilai Allah. tapi sebuah kebahagiaan dari dalam hati yang tak terukur oleh materi. sebuah air mata yang mengalir indah dari sepasang mata ayah dan ibu. sebuah kebanggan yang amat teramat bisa mengantarkan putra kesayangan menuju pelaminan, juga sebuah rasa haru yang teramat bisa menyerahkan dan menikahkan putri tercinta dengan seseorang yang telah dipilihkan Allah untuk menggantikan tugas mulianya sebagai seorang Ayah kepada seorang pria yang akan menjadi suami putri tercintanya. dan ibu, adakah pemandangan yang paling indah di muka bumi ini selain melihat tangis harunya karena melihat putra putri kesayangannya bersanding bahagia di altar pelaminan?
lalu, dengan siapa saya akan menikah? sebuah pertanyaan yang meluncur dengan polosnya di setiap penghujung doa yang selalu dipanjatkan. siapa jodoh saya? kapan Allah akan mendatangkannya? maka dalam penantian, hati hanya bisa berucap; ya Allah. tolong dekatkan jodoh saya. jika sudah dekat, tolong tunjukkan. jika sudah ditunjukkan, tolong dimudahkan..
seiring berjalannya waktu. juga beribu halangan dan rintangan yang harus dilalui dalam perjalan hidup saya hanya untuk menemukan tambatan hati sebagai tujuan persinggahan terakhir, saya seperti tidak percaya, bahwa hanya tinggal menghitung hari, saya akan melakukan “perjanjian suci” itu dengan seseorang yang telah Allah pilihkan sebagai Imam hidup saya.

sampai saat ini pun, saya seperti tidak percaya, bahwa saya akan melakukan pernikahan. sebuah peristiwa sakral yang akan membawa dampak yang besar untuk kehidupan saya. sebuah perubahan pola hidup yang sebelumnya hanya menjadi putri kecil bagi Papa dan mama, seorang gadis lembut nan manja yang terpuaskan oleh limpahan kasih sayang orang tuanya. dan hari-harinya pun dihabiskan bersama keluarga tercinta dirumah yang amat teramat nyaman. rumah yang penuh dengan kenangan semasa kecil. dan tiba-tiba, dia harus berubah menjadi wanita dewasa yang tangguh. menjadi seorang istri, dan ibu yang baik bagi suami dan anak-anaknya. sebuah Tugas Mulia dari Allah yang telah diamanahkan untuk para wanita. mengabdikan hidup hanya untuk suami dan anak-anaknya. keluarga kecilnya.
jika mengingat kembali bagaimana saya bisa bertemu dengan tambatan hati calon imam saya kini. rasanya hati seperti tersentak. iya, sebut saja ini miracle of jodoh. hanya yang percaya yang mengerti. bagaimana gunung bisa bertemu dengan laut, bagaimana bisa air tawar bersandingan bersebelahan dengan air asin namun tidak tercampur, bagaimana Adam akhirnya bisa kembali bertemu dengan Hawa. begitupun dengan saya, bagaimana akhirnya Allah mempertemukan kami berdua. ada rahasia Allah di balik skenario kehidupan yang telah dibuat-Nya, Sang Perancang kehidupan terbaik. bagaimana dua hati yang tak saling tau ini berjodoh dengan yang itu, yang itu berjodoh dengan yang ini akhirnya saling bertautan dan terikat hingga menciptakan sebuah simpul yang kokoh, yaitu pernikahan.
jika ditanya, apa tidak takut salah pilih? apa yakin serasi? setia sampai akhir? yang pasti, yang saya yakini kini hingga nanti. dari awal, saya menyerahkan sepenuhnya jodoh saya pada Sang Pencipta Hati, dan jika kini Dia telah memberinya dihadapan saya, maka itulah yang terbaik yang diberi-Nya untuk saya. tidak ada lagi yang harus saya takuti, tak ada yang perlu dibimbangi. karena hanya Dia yang tau apa yang terbaik untuk masa kini dan masa depan bagi hamba-hamba-Nya. sedangkan kita manusia? adalah hamba-Nya yang serba tidak tau..
untuk kamu, calon imamku. 
terima kasih untuk bersedia menyempurnakan agamaku. terima kasih untuk tidak berlama-lama membiarkan tulang rusukmu ini terombang ambing di dermaga yang salah. terima kasih untuk mau menjadi pintu Surgaku. Dan juga terima kasih untuk pengorbananmu nanti yang bersedia ber-Mitsaqan Ghaliza (berjanji dan bersumpah) di hadapan Allah dengan disaksikan malaikat- malaikatnya..
di Tujuh Belas Mei nanti, di bawah kaki langitNya akan ada seorang wanita yang mengemban amanah suci untuk menjadi manunggalmu ( belahan jiwamu) hingga akhir nanti.
Bismillah :)

1 komentar: